Senin, 24 Desember 2012

Inilah Cinta


Oleh:
Jalaluddin Rumi

Inilah cinta, membumbung ke langit
Setiap saat mengoyak seratus cadar
Mula-mula, mengingkari hidup
Akhirnya, melangkah tanpa kaki
Menganggap dunia ini tak tampak
Sepi semua yang muncul di benak
”O, jiwa,” kataku, ”Semoga kau berbahagia
Memasuki negeri orang-orang tercinta
Memandang daerah yang tak tercapai mata
Menyusup ke dalam lekuk liku dada!
Dari mana datangnya nafas ini, o jiwa
Dari mana pula asal denyut jantung, o hati?
Burung, bicaralah dengan bahasa burung
Kutahu artinya yang terselubung
Jiwaku pun menyahut, ”Aku berada di pabrik
Yang sedang mengolah air dan tanah liat
Aku pun melepaskan diri dari sana
Ketika sedang diciptakan
Waktu tak kuat lagi aku bertahan, mereke menyeretku
Dan menuangku
Sehingga bagaikan bola bentukku.”

Format Penilaian Kemajuan


       I.            PENDAHULUAN
Wiersma dan Jurs membedakan antara evaluasi, pengukuran dan testing. Mereka berpendapat bahwa evaluasi adalah suatu proses yang mencakup pengukuran dan mungkin juga testing, yang juga berisi pengambilan keputusan tentang nilai. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Arikunto yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai. Kedua pendapat di atas secara implisit menyatakan bahwa evaluasi memiliki cakupan yang lebih luas daripada pengukuran dan testing. Sementara itu Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan pengukuran sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas, sedangkan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto yang membedakan antara pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Arikunto menyatakan bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran.
    II.            POKOK BAHASAN
Di dalam makalah ini, kami akan mencoba memaparkan tentang:
A.       Definisi Penilaian
B.       Format Penilaian Kuantitatif
C.       Format Penilaian Kualitatif
 III.            PEMBAHASAN
A.       Definisi Penilaian
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.[1]
Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Berdasarkan pada PP. Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
Ø Penilaian hasil belajar oleh pendidik;
Ø Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan;
Ø Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
Setiap satuan pendidikan selain melakukan perencanaan dan proses pembelajaran, juga melakukan penilaian hasil pembelajaran sebagai upaya terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Berdasarkan pada PP. Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 64 ayat (1) dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Selanjutnya, ayat (2) menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk (a) menilai pencapaian kompetensi peserta didik; (b) bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan (c) memperbaiki proses pembelajaran. Dalam rangka penilaian hasil belajar (rapor) pada semester satu penilaian dapat dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan dilengkapi dengan tugas-tugas lain seperti pekerjaan rumah (PR), proyek, pengamatan dan produk. Hasil pengolahan dan analisis nilai tersebut digunakan untuk mengisi nilai rapor semester satu. Pada semester dua penilaian dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan kenaikan kelas dan dilengkapi dengan tugas-tugas lain seperti PR, proyek, pengamatan dan produk. Hasil pengolahan dan analisis nilai tersebut digunakan untuk mengisi nilai rapor pada semester dua.[2]
B.       Format Penilaian Kuantitatif
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan lebih banyak menjadi instrumen, karena penelitian kuantitatif peneliti merupakan key instrument. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti, sehingga jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. (Bila variabelnya 5 maka instrumen yang akan digunakan juga 5).
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Macam-macam skala pengukuran:
v  Skala Likert
Digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena. Variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Untuk keperluan analsisi kuantitatif, jawaban itu dapat diberi skor (1 – 5 atau disesuaikan dengan kebutuhan).[3]
o   Contoh bentuk checklist
·      SS Sangat setuju skor 5
·      ST Setuju skor 4
·      RG ragu-ragu skor 3
·      TS Tidak setuju skor 2
·      STS Sangat Tidak setuju skor 1

Pertanyaan
Jawaban
SS
ST
RG
TS
STS
1
Prosedur kerja yang baru akan segera diterapkan di perusahaan




2
………………..





Bila kuesioner tersebut diberikan kepada 100 orang, yang jawabannya sebagai berikut :
25 orang menjawab SS
40 orang menjawab ST
5 orang menjawab RG
20 orang menjawab TS
10 orang menjawab STS
Berdasarkan jumlah skor yang telah ditetapkan maka :
Jumlah skor untuk :
25 orang x 5 = 125
40 orang x 4 = 160
5 orang x 3 = 15
20 orang x 2 = 40
10 orang x 1 = 10
Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item adalah: 5 x 100 orang = 500 (SS)
Jumlah skor terendah: 1 x 100 orang = 100 (STS)
Jadi berdasarkan data tersebut maka tingkat persetujuan terhadap metode kerja baru itu: (350 : 500) x 100% = 70%


o   Bentuk pilihan ganda
1. Prosedur-Prosedur kerja yang baru akan segera diterapkan di perusahaan anda?
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat tidak setuju
v  Skala Guttman
Dengan skala ini, akan diperoleh jawaban yang tegas yaitu Ya - Tidak, Benar - Salah dan lain-lain. Penelitian menggunakan skala Gutman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.
Contoh :
o  Apakah anda Setuju dengan kebijakan perusahaan menaikkan harga jual?
a. Setuju b. Tidak Setuju
v  Semantic Deferential
Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawabannya sangat positifnya terletak dikanan garis, dan jawaban yang sangat negatif terletak dibagian kiri garis atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval dan baisanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.[4]
Responden dapat memberi jawaban pada rentang jawaban yang positif sampai dengan neagtif.
Contoh :
o   Beri nilai gaya kepemimpinan Manajer anda:
Bersahabat
5
4
3
2
1
Tidak Bersahabat
Tepat janji
5
4
3
2
1
Tidak tepat janji
Memberikan kepercayaan pada staf
5
4
3
2
1
Mendominasi staf







v  Rating Scale
Pada rating scale, data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Responden menjawab, senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju adalah merupakan data kualitatif. Dalam skala ini responden tidak menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang disediakan, tetapi mejawab salahs atu dari jawaban kuantitatif yang telah disediakan.
Contoh:
o   Seberapa baik ruang kerja yang ada di perusahaan anda?
Beri jawaban angka :
4 bila tata ruang itu sangat baik
3 bila tata ruang itu cukup baik
2 bila tata ruang itu kurang baik
1 bila tata ruang itu sangat tidak baik
jawablah dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia :

No. Item
Pertanyaan tata ruang kantor
Interval jawaban
1
Penataa meja kerja sehingga arus kerja menjadi pendek
4 3 2 1
2
Pencahayaan alam tiap ruangan
4 3 2 1
3
…………….


C.       Format Penilaian Kualitatif
1)        Wawancara
Secara umum yang dimaksud dengan wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Ada dua jenis wawancara yang dapat digunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:
Ø Wawancara terpimpin (guided Interview) yang juga dikenal dengan istilah wawancara berstruktur atau wawancara sistematis
Ø Wawancara tidak terpimpin (unguided Interview) yang sering dikenal dengan wawancara sederhana atau wawancara tidak sistematis ataupun wawancara bebas
Sebelum melaksanakan wawancara, perlu dirancang pedoman wawancara. Pedoman ini disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut:[5]
·      Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara.
·      Berdasarkan tujuan di atas tentukan aspek-aspek yang akan diungkap dari wawancara tersebut. Aspek-aspek tersebut dijadikan dasar dalam menyusun materi pertanyaan wawancara.
·      Tentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan, yakni bentuk berstruktur atau bentuk terbuka
·      Buatlah pertanyaan wawancara sesuai dengan analisis butir (c) di atas, yakni membuat pertanyaan yang berstruktur atau yang bebas
·      Ada baiknya apabila dibuat pula pedoman mengolah dan menafsirkan hasil wawancara.
Contoh pedoman wawancara terbuka:
Tujuan                        : Memperoleh informasi mengenai cara belajar yang dilakukan oleh siswa di rumahnya
Bentuk                        : Wawancara bebas
Responden                 : Siswa yang memperoleh prestasi belajar cukup tinggi.
Nama siswa                : ……………………………………………………
Kelas / semester         : ……………………………………………………
Jenis kelamin             : ……………………………………………………
Pertanyaan guru
Jawaban siswa
Komentar dan kesimpulan hasil wawancara
1.   kapan dan berapa lama anda belajar di rumah?
2.   bagaimana cara anda mempersiapkan diri untuk belajar secara efektif?
3.   kegiatan apa yang anda lakukan pada waktu mempelajari bahan pelajaran?
4.   seandainya anda mengalami kesulitan dalam mempelajarinya, usaha apa yang anda lakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut?
5.   bagaimana cara yang anda lakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan belajar yang telah anda capai?
6.   Dst.



Tanggal, bulan, tahun
Pewawancara
……………..
2)        Observasi
Observasi merupakan cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan / observasi. Observasi sevagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
Observasi dapat dilakukan secara:[6]
a)    Partisipatif, Observer (dalam hal ini pendidik yang sedang melakukan kegiatan observasi) melibatkan diri di tengah-tengah kegiatan observee (yang diamati)
b)   Non-Partisipatif, Evaluator / observer berada “di luar garis”, seolah-olah sebagai penonton belaka.
c)    Eksperimental, Observasi yang dilakukan dalam situasi buatan. Pada observasi eksperimental, peserta didik dikenai perlakuan (treatment) atau suatu kondisi tertentu, maka diperlukan perencanaan dan persiapan yang benar-benar matang.
d)   Non- Eksperimental, Observasi dilakukan dalam situasi yang wajar, pelaksanaannya jauh lebih sederhana
e)    Sistematis, Observasi yang dilakukan dengan terlebih dahulu membuat perencanaan secara matang. Pada jenis ini, observasi dilaksanakan dengan berlandaskan pada kerangka kerja yang memuat faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya.
f)    Non-sistematis, Observasi di mana observer atau evaluator dalam melakukan pengamatan dan pencatatan tidak dibatasi oleh kerangka kerja yang pasti, maka kegiatan observasi hanya dibatasi oleh tujuan dari observasi itu sendiri.
Langkah yang ditempuh dalam membuat pedoman observasi langsung adalah sebagai berikut:
v  Lakukan terlebih dahulu observasi langsung terhadap suatu proses tingkah laku, misalnya penampilan guru di kelas. Lalu catat kegiatan yang dilakukannya dari awal sampai akhir pelajaran. Hal ini dilakukan agar dapat menentukan jenis perilaku guru pada saat mengajarkan sebagai segi-segi yang akan diamati
v  Berdasarkan gambaran dari langkah ( a ) di atas, penilai menentukan segi-segi mana dari perilaku guru tersebut yang akan diamati sehubungan dengan keperluannya. Urutkan segi-sejgi tersebut sesuai dengan apa yang seharusnya berdasarkan khasanah pengetahuan ilmiah, misalnya berdasarkan teori mengajar. Rumusan tingkah laku tersebutu harus jelas dan spesifik sehingga dapat diamati oleh pengamatnya
v  Tentukan bentuk pedoman observasi tersebut, apakah benruk bebas ( tak perlu jawaban, tetapi mencatat apa yang tampak ) atau pedoman yangn berstruktur ( memakai kemungkinan jawaban ). Bila dipakai bentuk yang berstruktur, tetapkan pilihan jawaban serta indikator-indikator dan setiap jawaban yang disediakan sebagai pegangan bagi pengamat pada saat melakukan observasi nanti
v  Sebelum observasi dilaksanakan, diskusikan dahulu pedoman observasi yang telah dibuat dan calon observanagar setiap segi yang diamati dapat dipahami maknanya dan bagaimana cara mengisinya.
v  Bila ada hal khusus yang menarik,tetapi tidak ada dalam pedoman observasi, sebaiknya diadakan catatan khusus atau komentar pengamat di bagian akhir pedoman observasi.
Pencatatan hasil observasi itu pada umumnya jauh lebih sukar daripada mencatat jawaban-jawaban yang diberikan oleh peserta didik terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dalam suatu tes. Pencatatan terhadap segala sesuatu yang dapat disaksikan dalam observasi itu penting sekali sebab hasilnya akan dijadikan landasan untuk menilai makna yang terkandung di balik tingkah laku peserta didik tersebut. Pedoman observasi itu wujud kongkretnya adalah sebuah atau beberapa buah formulir (blangko atau form) yang di dalamnya dimuat segi-segi, aspek-aspek atau tingkah laku yang perlu diamati dan dicatat pada waktu berlangsungnya kegiatan peserta didik.[7]
 IV.            SIMPULAN
Dari pemaparan makalah kami di atas, dapat disimpulkan bahwa Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Format penilaian kuantitatif bisa dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran, macam-macam skala pengukuran ada empat, yaitu: skala likert, guttman, rating scale, dan semantic deferential. Sedangkan format penilaian kualitatif bisa dilakukan dengan wawancara dan observasi
    V.            PENUTUP
Demikianlah pemaparan makalah dari kami, semoga bisa membawa manfaat bagi kita semua. Kami mengakui bahwa makalah kami masih banyak kesalahan, oleh karena itu kami meminta ma’af yang sedalam-dalamnya. Selanjutnya kritik dan saran dari para saudara tercinta sangat kami butuhkan demi perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA



Sudijono, Anas, 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sudjana, Nana, 1991. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta.




       [1] http://santriw4n.wordpress.com/2009/11/18/pengertian-dan-konsep-evaluasi-penilaian-dan-pengukuran/
       [3] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. 9, Hlm. 134.
       [4] Ibid., Hlm. 140.
      [5] Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1991), Hlm. 69.
       [6] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), Hlm. 77-78
       [7] Nana Sudjana,  Op. Cit., Hlm. 85-86