I.
PENDAHULUAN
Wiersma dan Jurs membedakan antara evaluasi, pengukuran dan
testing. Mereka berpendapat bahwa evaluasi adalah suatu proses yang mencakup
pengukuran dan mungkin juga testing, yang juga berisi pengambilan keputusan
tentang nilai. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Arikunto yang menyatakan
bahwa evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai. Kedua pendapat di atas
secara implisit menyatakan bahwa evaluasi memiliki cakupan yang lebih luas
daripada pengukuran dan testing. Sementara itu Asmawi Zainul dan Noehi Nasution
mengartikan pengukuran sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau
karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu
menurut aturan atau formulasi yang jelas, sedangkan penilaian adalah suatu
proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh
melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes.
Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto yang membedakan antara
pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Arikunto menyatakan bahwa mengukur adalah
membandingkan sesuatu dengan satu ukuran.
II.
POKOK BAHASAN
Di
dalam makalah ini, kami akan mencoba memaparkan tentang:
A.
Definisi Penilaian
B.
Format
Penilaian Kuantitatif
C.
Format
Penilaian Kualitatif
III.
PEMBAHASAN
A.
Definisi Penilaian
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan
penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh
mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian
kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa
hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa
nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif
(berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan
nilai kuantitatif tersebut.
Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan,
bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah
dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner)
telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi
dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian
kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.[1]
Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Berdasarkan
pada PP. Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa
penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
Ø Penilaian hasil belajar oleh pendidik;
Ø Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan;
Ø Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
Setiap satuan pendidikan selain melakukan perencanaan dan proses
pembelajaran, juga melakukan penilaian hasil pembelajaran sebagai upaya
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Berdasarkan pada PP. Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan
pasal 64 ayat (1) dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik
dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan
perbaikan hasil belajar dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Selanjutnya, ayat (2)
menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk (a)
menilai pencapaian kompetensi peserta didik; (b) bahan penyusunan laporan
kemajuan hasil belajar; dan (c) memperbaiki proses pembelajaran. Dalam rangka
penilaian hasil belajar (rapor) pada semester satu penilaian dapat dilakukan
melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan
dilengkapi dengan tugas-tugas lain seperti pekerjaan rumah (PR), proyek,
pengamatan dan produk. Hasil pengolahan dan analisis nilai tersebut digunakan
untuk mengisi nilai rapor semester satu. Pada semester dua penilaian dilakukan
melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan kenaikan kelas dan
dilengkapi dengan tugas-tugas lain seperti PR, proyek, pengamatan dan produk.
Hasil pengolahan dan analisis nilai tersebut digunakan untuk mengisi nilai
rapor pada semester dua.[2]
B.
Format
Penilaian Kuantitatif
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan lebih
banyak menjadi instrumen, karena penelitian kuantitatif peneliti merupakan key
instrument. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur variabel yang
diteliti, sehingga jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan
tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. (Bila variabelnya 5 maka
instrumen yang akan digunakan juga 5).
Skala
pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan
panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur
tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.
Macam-macam skala pengukuran:
v Skala Likert
Digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena. Variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi
dari sangat positif sampai sangat negatif. Untuk keperluan analsisi
kuantitatif, jawaban itu dapat diberi skor (1 – 5 atau disesuaikan dengan
kebutuhan).[3]
o
Contoh bentuk checklist
· SS Sangat
setuju skor 5
· ST Setuju skor
4
· RG ragu-ragu
skor 3
· TS Tidak setuju
skor 2
· STS Sangat
Tidak setuju skor 1
Pertanyaan
|
Jawaban
|
|||||
SS
|
ST
|
RG
|
TS
|
STS
|
||
1
|
Prosedur
kerja yang baru akan segera diterapkan di perusahaan
|
√
|
||||
2
|
………………..
|
Bila
kuesioner tersebut diberikan kepada 100 orang, yang jawabannya sebagai berikut
:
25 orang
menjawab SS
40 orang
menjawab ST
5 orang
menjawab RG
20 orang
menjawab TS
10 orang
menjawab STS
Berdasarkan
jumlah skor yang telah ditetapkan maka :
Jumlah skor
untuk :
25 orang x 5 =
125
40 orang x 4 =
160
5 orang x 3 =
15
20 orang x 2 =
40
10 orang x 1 =
10
Jumlah skor
ideal (kriterium) untuk seluruh item adalah: 5 x 100 orang = 500 (SS)
Jumlah skor
terendah: 1 x 100 orang = 100 (STS)
Jadi
berdasarkan data tersebut maka tingkat persetujuan terhadap metode kerja baru
itu: (350 : 500) x 100% = 70%
o
Bentuk pilihan ganda
1.
Prosedur-Prosedur kerja yang baru akan segera diterapkan di perusahaan anda?
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat tidak setuju
v Skala Guttman
Dengan
skala ini, akan diperoleh jawaban yang tegas yaitu Ya - Tidak, Benar - Salah
dan lain-lain. Penelitian menggunakan skala Gutman dilakukan bila ingin
mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.
Contoh :
o
Apakah anda Setuju dengan kebijakan perusahaan
menaikkan harga jual?
a. Setuju b. Tidak Setuju
v Semantic
Deferential
Skala
ini digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun
checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawabannya sangat
positifnya terletak dikanan garis, dan jawaban yang sangat negatif terletak
dibagian kiri garis atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval
dan baisanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu
yang dipunyai oleh seseorang.[4]
Responden
dapat memberi jawaban pada rentang jawaban yang positif sampai dengan neagtif.
Contoh :
o
Beri nilai gaya kepemimpinan Manajer anda:
Bersahabat
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Tidak Bersahabat
|
Tepat janji
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Tidak tepat janji
|
Memberikan
kepercayaan pada staf
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Mendominasi staf
|
v Rating Scale
Pada
rating scale, data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan
dalam pengertian kualitatif. Responden menjawab, senang atau tidak senang,
setuju atau tidak setuju adalah merupakan data kualitatif. Dalam skala ini
responden tidak menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang disediakan,
tetapi mejawab salahs atu dari jawaban kuantitatif yang telah disediakan.
Contoh:
o
Seberapa baik ruang kerja yang ada di
perusahaan anda?
Beri jawaban angka :
4 bila tata ruang itu sangat baik
3 bila tata ruang itu cukup baik
2 bila tata ruang itu kurang baik
1 bila tata ruang itu sangat tidak baik
jawablah dengan melingkari nomor jawaban yang
tersedia :
No. Item
|
Pertanyaan tata ruang kantor
|
Interval jawaban
|
1
|
Penataa meja
kerja sehingga arus kerja menjadi pendek
|
4 3 2 1
|
2
|
Pencahayaan
alam tiap ruangan
|
4 3 2 1
|
3
|
…………….
|
C.
Format
Penilaian Kualitatif
1)
Wawancara
Secara
umum yang dimaksud dengan wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan
keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak,
berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Ada dua jenis
wawancara yang dapat digunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:
Ø Wawancara terpimpin (guided Interview) yang juga dikenal
dengan istilah wawancara berstruktur atau wawancara sistematis
Ø Wawancara tidak terpimpin (unguided Interview) yang sering
dikenal dengan wawancara sederhana atau wawancara tidak sistematis ataupun
wawancara bebas
Sebelum
melaksanakan wawancara, perlu dirancang pedoman wawancara. Pedoman ini disusun
dengan langkah-langkah sebagai berikut:[5]
· Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara.
· Berdasarkan tujuan di atas tentukan aspek-aspek yang akan diungkap
dari wawancara tersebut. Aspek-aspek tersebut dijadikan dasar dalam menyusun
materi pertanyaan wawancara.
· Tentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan, yakni bentuk
berstruktur atau bentuk terbuka
· Buatlah pertanyaan wawancara sesuai dengan analisis butir (c) di
atas, yakni membuat pertanyaan yang berstruktur atau yang bebas
· Ada baiknya apabila dibuat pula pedoman mengolah dan menafsirkan
hasil wawancara.
Contoh
pedoman wawancara terbuka:
Tujuan
: Memperoleh informasi mengenai cara belajar yang dilakukan oleh siswa di
rumahnya
Bentuk
: Wawancara bebas
Responden
: Siswa yang memperoleh prestasi belajar cukup tinggi.
Nama
siswa
: ……………………………………………………
Kelas /
semester : ……………………………………………………
Jenis
kelamin :
……………………………………………………
Pertanyaan
guru
|
Jawaban
siswa
|
Komentar
dan kesimpulan hasil wawancara
|
1.
kapan dan
berapa lama anda belajar di rumah?
2.
bagaimana
cara anda mempersiapkan diri untuk belajar secara efektif?
3.
kegiatan apa
yang anda lakukan pada waktu mempelajari bahan pelajaran?
4.
seandainya
anda mengalami kesulitan dalam mempelajarinya, usaha apa yang anda lakukan
untuk mengatasi kesulitan tersebut?
5.
bagaimana
cara yang anda lakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan belajar yang telah
anda capai?
6.
Dst.
|
Tanggal, bulan, tahun
Pewawancara
……………..
2)
Observasi
Observasi
merupakan cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang
sedang dijadikan sasaran pengamatan / observasi. Observasi sevagai alat
evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses
terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
Observasi
dapat dilakukan secara:[6]
a)
Partisipatif, Observer
(dalam hal ini pendidik yang sedang melakukan kegiatan observasi) melibatkan
diri di tengah-tengah kegiatan observee (yang diamati)
b)
Non-Partisipatif,
Evaluator
/ observer
berada “di luar garis”, seolah-olah sebagai penonton belaka.
c)
Eksperimental, Observasi
yang dilakukan dalam situasi buatan. Pada observasi eksperimental, peserta
didik dikenai perlakuan (treatment) atau suatu kondisi
tertentu, maka diperlukan perencanaan dan persiapan yang benar-benar matang.
d)
Non-
Eksperimental, Observasi dilakukan dalam situasi yang wajar, pelaksanaannya
jauh lebih sederhana
e)
Sistematis,
Observasi yang dilakukan dengan terlebih dahulu membuat perencanaan secara
matang. Pada jenis ini, observasi dilaksanakan dengan berlandaskan pada
kerangka kerja yang memuat faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya.
f)
Non-sistematis,
Observasi di mana observer atau evaluator dalam melakukan pengamatan dan
pencatatan tidak dibatasi oleh kerangka kerja yang pasti, maka kegiatan
observasi hanya dibatasi oleh tujuan dari observasi itu sendiri.
Langkah
yang ditempuh dalam membuat pedoman observasi langsung adalah sebagai berikut:
v Lakukan terlebih dahulu observasi langsung terhadap suatu proses
tingkah laku, misalnya penampilan guru di kelas. Lalu catat kegiatan yang
dilakukannya dari awal sampai akhir pelajaran. Hal ini dilakukan agar dapat
menentukan jenis perilaku guru pada saat mengajarkan sebagai segi-segi yang
akan diamati
v Berdasarkan gambaran dari langkah ( a ) di atas, penilai menentukan
segi-segi mana dari perilaku guru tersebut yang akan diamati sehubungan dengan
keperluannya. Urutkan segi-sejgi tersebut sesuai dengan apa yang seharusnya
berdasarkan khasanah pengetahuan ilmiah, misalnya berdasarkan teori mengajar.
Rumusan tingkah laku tersebutu harus jelas dan spesifik sehingga dapat diamati
oleh pengamatnya
v Tentukan bentuk pedoman observasi tersebut, apakah benruk bebas (
tak perlu jawaban, tetapi mencatat apa yang tampak ) atau pedoman yangn
berstruktur ( memakai kemungkinan jawaban ). Bila dipakai bentuk yang
berstruktur, tetapkan pilihan jawaban serta indikator-indikator dan setiap
jawaban yang disediakan sebagai pegangan bagi pengamat pada saat melakukan
observasi nanti
v Sebelum observasi dilaksanakan, diskusikan dahulu pedoman observasi
yang telah dibuat dan calon observanagar setiap segi yang diamati dapat
dipahami maknanya dan bagaimana cara mengisinya.
v Bila ada hal khusus yang menarik,tetapi tidak ada dalam pedoman
observasi, sebaiknya diadakan catatan khusus atau komentar pengamat di bagian
akhir pedoman observasi.
Pencatatan
hasil observasi itu pada umumnya jauh lebih sukar daripada mencatat
jawaban-jawaban yang diberikan oleh peserta didik terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dalam suatu tes. Pencatatan terhadap
segala sesuatu yang dapat disaksikan dalam observasi itu penting sekali sebab
hasilnya akan dijadikan landasan untuk menilai makna yang terkandung di balik
tingkah laku peserta didik tersebut. Pedoman observasi itu wujud kongkretnya
adalah sebuah atau beberapa buah formulir (blangko atau form)
yang di dalamnya dimuat segi-segi, aspek-aspek atau tingkah laku yang perlu
diamati dan dicatat pada waktu berlangsungnya kegiatan peserta didik.[7]
IV.
SIMPULAN
Dari pemaparan makalah kami di atas, dapat disimpulkan bahwa
Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Format penilaian kuantitatif
bisa dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran, macam-macam skala
pengukuran ada empat, yaitu: skala likert, guttman, rating scale, dan semantic
deferential. Sedangkan format penilaian kualitatif bisa dilakukan dengan
wawancara dan observasi
V.
PENUTUP
Demikianlah pemaparan makalah dari kami, semoga bisa membawa
manfaat bagi kita semua. Kami mengakui bahwa makalah kami masih banyak
kesalahan, oleh karena itu kami meminta ma’af yang sedalam-dalamnya.
Selanjutnya kritik dan saran dari para saudara tercinta sangat kami butuhkan
demi perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Sudijono,
Anas, 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan,
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sudjana,
Nana, 1991. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,
Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Sugiyono,
2010. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar