SANAD DAN MATAN HADITS
I PENDAHULUAN
Pembahasan matan dan sanad merupakan sandaran yang
sangat prinsipil dalam ilmu hadits dan merupakan jalur utama untuk mencapai
tujuannya yang luhur, yakni untuk membedakan antara hadits yang maqbul dan
mardud. Cabang-cabang ilmu hadits yang berkaitan dengan matan hadits ada banyak
sekali dan ini juga perlu dipelajari semua. Sufyan Ats-Tsauri berkata: sanad
merupakan senjata bagi orang mukmin, bila tanpa senjata maka dengan apa mereka
akan berperang .Oleh karena itu, para muhadditsin meneliti dan menganalisis
sanad,karena kajian atas sanad telah banyak sekali mengantarkan kepada
keberhasilan kritik atas matan, bahkan Kana
dritik matan tidak mungkin berhasil tanpa melalui kajian sanad.
Oleh karena itu pembahasan sanad dan matan sangat
penting untuk kita pelajari dan insya allah kami akan menguraikan nyas disini.
II POKOK BAHASAN
Dalam makalah ini kami akan membicarakan tentang:
A.
Definisi Sanad dan Matan Hadits
B. Matan Hadits Ditinjau Dari Segi Pembicaranya
C. Kajian Sanad
Yang Bersambung
D. K ajian Sanad Yang Terputus
E. Penelitian Sanad Dan Matan Hadits
III PEMBAHASAN
A. Definisi Sanad Dan Matan Hadits
1. Sanad
Kata”sanad”
menurut bahasa adalah “sandaran”,atau sesuatu yang kita jadikan sandaran.Dikatakan
demikian,karena hadits bersandar kepadanya[1], sedang menurut istilah sanad
adalah “silsilah para perawi yang menukilkan hadits dari sumbernya yang pertama”.
Yang
berkaitan dengan istilah sanad,terdapat kata-kata seperti ,al-isnad, al-musnid,dan
al-musnad.Kata-kata ini secara terminologis mempunyai arti yang cukup
luas,sebagaimana yang dikembangkan oleh para ‘ulama’.[2]
Kata “al-isnad”
berarti menyandarkan, mengasalkan (mengembalikan keasal), yang dimaksud disini
ialah menyandarkan hadits kepada orang yang mengatakannya. Menurut
Al-Thibi,sebenarnya kata al-isnad dan al-sanad digunakan oleh para ahli hadits
dengan pengertian yang sama.[3]
Kata”al-musnad”mempunyai
beberapa arti,bisa berarti hadits yang disandarkan atau diisnadkan oleh
seseorang,bias berarti nama suatu kitab yang menghimpun hadits-hadits dengan
system penyusunan berdasarkan nama-nama para sahabat para perawi hadita,seperti
kitab Musnad Ahmad;bias juga berarti nama bagi hadits yang marfu’ dan muttasil.
2.
Matan
Kata “matan” menurut bahasa berarti tanah yang meninggi ,sedang menurut
istilah,matan adalah:”lafadh-lafadh hadits yang didalamnya mengandung
makna-makna tertentu”,ada juga redaksi yang lebih simpel lagi,yang menyebutkan
bahwa matan adalah ujung sanad. Dari kedua pengertian diatas,menunjukkan bahwa
yang dimaksud dengan matan ialah materi atau lafadh hadits itu sendiri.[4]
B. Matan Hadits Ditinjau Dari Segi
Pembicaranya
1. Hadits Qudsi
Hadits qudsi adalah hadits yang disandarkan kepada Rasulullah SAWdan
disandarkannya kepada Allah SWT.Penamaan hadits ini dengan nama hadits qudsi
adalah sebagai penghormatan terhadap hadits-hadits yang demikian mengingat
bahwa sandarannya adalah Allah.Jadi,seakan-akan hadits qudsi itu disabdakan
untuk menyucikan dzat Allah,hadits qudsi disebut pula dengan Hadits Ilahi atau
Hadits Rabbani.[5]
2. Hadits Marfu’
Marfu’ menurut lughah adalah yang diangkat atau
ditinggikan[6],sedang
menurut istilah ialah ucapan,perbuatan,ketetapan,atau sifat yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad secara khusus.Hadits mauquf itu ada yang
muttashil,munqathi’,shahih,hasan,dha’if dan maudhu’.[7]
3. Hadits Mauquf
Mauquf secara bahasa adalah barang yang
dihentikan,barang yang diwaqafkan,sedangkan secara istilah ialah sesuatu yang
disandarkan kepada para sahabat dan tidak sampai kepada Rasulullah.Hadits yang
demikian disebut mauquf karena ia hanya terhenti pada sahabat dan tidak naik
kepada Rasulullah SAW.[8]
4. Hadits Maqthu’
Maqthu’ menurut lughah adalah yang
dipotong,lawannya maushul=yang bersambung,sedang secara istilah ialah hadits
yang disandarkan kepada tabi’in.[9]
C. Kajian Sanad
Yang Bersambung
Pasal ini mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Hadits
Muttashil=Mausul
Muttashil menurut lughah ialah yang
bersambung,sedang menurut istilah adalah hadits yang didengar oleh
masing-masing rawinya dari rawi yang diatasnya sampai kepada ujung
sanadnya,baik hadits marfu’ maupun mauquf.
2.
Hadits Musnad
Musnad secara bahasa adalah yang
disandarkan,sedang menurut istilah ialah hadits yang sanadnya bersambung dan
marfu’ kepada kepada Rasulullah SAW.Dengan demikian,hadits mauquf dan maqthu’
tidak termasuk hadits musnad.[10]
3.
Hadits Mu’an’an
Mu’an’an secarabahasa ialah hadits yang
diriwayatkan dengan memakai “an”,sedang
secara istilah ahli hadits mu’an’an ialah hadits yang diriwayatkan dengan
memakai perkataan “fulan ‘an fulan”.
Ada
dua syarat bagi hadits mu’an’an supaya bisa dikategorikan kedalam hadits
muttashil , kedua syarat tersebut
adalah:
Ø Ada bukti pertemuan
antara rawi yang meriwayatkan dengan “sanad”
itu dengan gurunya
Ø Rawi itu bebas
dari gejala-gejala tadliss
Bila seorang rawi telah memenuhi dua
kriteria ini,maka kata-kata “an fulan”
yang diucapkan itu sama dengan bila
ia berkata “haddatsani atau sami’tu”.[11]
4. Hadits Mu’annan
Mu’annan secara lughah ialah hadits yang
memakai perkataan “anna” ditengah
sanadnya,sedang menurut ahli hadits
ialah hadits yang diriwayatkan dengan
memakai perkataan anna=bahwasanya.
Pendapat Jumhur,menyatakan bahwa hadits mu’annan itu sama dengan hadits
mu’an’an.Perbedaan huruf dan lafadh itu tidak menjadi masalah,melainkan
yang prinsip adalah adanya pertemuan,pergaulan dan proses
belajar-mengajar
diantara rawi dan rawi diatasnya.[12]
5. Hadits Musalsal
Musalsal secara bahasa adalah sesuatu yang
bertali menali atau berantai,
sedang secara istilah adalah hadits
yang para rawinya estafet
melakukan hal
yang sama atau sikap yang sama dengan rawi-rawi sebelumnya ,tindakan
yang
sama itu banyak bentuknya sesuai dengan banyaknya sifat dan karakter
para
perawinya serta keadaan riwayatnya.
6. Hadits ‘Ali
‘Ali secara etimologi berarti sesuatu yang
tinggi,sedang secara terminology
adalah sebuah sanad yang sedikit jumlah rawinya dan bersambung
7. Hadits Nazil
Hadits
nazil adalah kebalikan dari hadits ‘ali,yaitu hadits yang jauh jarak
sanadnya,hadits nazil itu tidak disukai oleh
muhadditsin,tapi yang perlu
ditekankan disini adalah kualitas suatu hadits
itu tidak ditentukan oleh
dekatnya sanad,melainkan ditentukan oleh ketsiqahan para rawinya.[13]
D. Kajian Sanad
Yang Terputus
Kata “al-inqitha’” berasal dari kata “al-qath”(pemotongan) yang menurut bahasa
berarti memisahkan sesuatu dari sesuatu yang lain.Dan kata inqitha’ merupakan
akibatnya,yakni terputus.Yang dimaksud disini adalah gugurnya sebagian rawi
pada rangkaian sanad.Pembahasan pada pasal ini meliputi:
1. Hadits
Munqathi’,ialah setiap hadits yang tidak bersambung sanadnya,baik yang
disandarkan kepada nabi maupun kepada yang lain.[14]
2. Hadits
Mursal,al-irsal menurut bahasa berarti melepaskan,sedang menurut istilah adalah
hadits yang disandarkan kepada nabi oleh seorang tabi’in dengan
mengatakan”Rasulullah SAW bersabda......”.Para ‘ulama’ berbeda pendapat tentang
kehujjahan hadits mursal namun pendapat jumhur menyatakan bahwa hadits mursal
itu dha’if dan tidak dapat dipakai hujjah
3. Hadits
Mu’allaq,adalah hadits yang dibuang permulaan sanadnya(yakni rawi yang
menyampaikan hadits kepada penulis kitab),baik seorang maupun lebih. Jenis
hadits ini diberi nama mu’allaq,karena dengan dibuangnya permulaan sanad maka
hadits yang bersangkutan laksana sebuah atap yang tidak memiliki tiang
penyangga kebumi.Hukum hadits ini mardud.
4. Hadits
Mu’dhal,kata “al-mu’dhal” menurut
pendapat yang paling shahih adalah berasal dari kata “a’dhalahu”,yakni “memayahkannya”,sedang
menurut istilah muhadditsin adalah hadits yang pada mata rantai sanadnya gugur dua orang rawi atau lebih,baik
diawal sanad,tengah maupun diakhir sanad. Hadits yang demikian disebut mu’dhal
karena dengan gugurnya seorang rawi,hadits itu menjadi mardud.[15]
5. Hadits
Mudallas,tadlis secara etimologis berasal dari kata “ad-dalas”,yakni bercampurnya gelap dan terang.Hadits mudallas
dinamai demikian karena ia mengandung kesamaran dan ketertutupan yaitu hadits
yang tidak disebut nama orang yang memberikan hadits kepada siperawi itu.
6. Hadits Mursal
Khafi,adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi dari guru yang
sezaman,namun ia tidak pernah mendengar haditsnya serta tidak pernah bertemu
dengannya.Hadits ini termasuk munqathi’,akan tetapi inqitha’nya tidak
tampak,karena kesezamanan dua orang rawi itu mengesankan kesinambungan sanad
diantara mereka.[16]
E. Penelitian
Sanad Dan Matan Hadits
1. Penelitian
Sanad Hadits
Langkah-langkah kegiatan penelitian sanad
hadits AL:
v Melakukan
Al-I’tibar
Menurut istilah ilmu
hadits,al-i’tibar berarti menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadits
tertentu,yang hadits itu pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat seorang
periwayat saja;dan dengan menyertakan sanad-sanad yang lain tersebut akan dapat
diketahui apakah ada periwayat yang lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad
dari sanad hadits dimaksud.[17]
Dengan dilakukannya al-i’tibar,maka
akan terlihat dengan jelas seluruh jalur sanad hadits yang diteliti,demikian
juga nama-nama periwayatnya,dan metode periwayatan yang digunakan oleh
masing-masing periwayat yang bersangkutan
v Meneliti
Pribadi Periwayat Dan Metode Periwayatannya
Untuk meneliti hadits diperlukan
acuan,dan acuan yang digunakan adalah kaedah keshahihan hadits bila ternyata
hadits yang diteliti bukanlah hadits mutawatir.Adapun rumusan kaedah keshahihan
sanad hadits menurut Prof.Syuhudi Isma’il ialah:
·
sanad hadits yang bersangkutan harus bersambung
·
seluruh periwayat dalam hadits itu harus
bersifat adil&dhabit
·
hadits itu harus terhindar dari kejanggalan dan
cacat[18]
2. Penelitian
Matan Hadits
Al-Adhabi mengemukakan bahwa pokok-pokok tolak
ukur penelitian keshahihan matan ada 3 macam,yakni:
v tidak
bertentangan dengan Al-Qur’an
v tidak
bertentangan dengan hadits yang kualitasnya lebih kuat
v tidak
bertentangan dengan akal yang sehat
IV
SIMPULAN
Dari penjabaran diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Ø Pembahasan
cabang-cabang ilmu hadits diatas menunjukkan luasnya cakupan istilah-istilah
para muhadditsin,mereka mengkaji matan hadits dari segi pembicaranya,sehingga
matan hadits dapat dikategorikan menjadi empat sesuai dengan jumlah sumbernya.
Ø Pembahasan
sanad hadits dari segi bersambungnya telah dibakukan dalam beberapa kaidah yang
telah mencakup seluruh seluk-beluk persambungan sanad yang meliputi berbagai
macam seginya.
Ø Perincian
macam-macam keterputusan sanad juga meliputi seluruh bentuk gugurnya rawi dalam
sanad,yang pada prinsipnya dapat diklasifikasikan kedalam dua sisi
pendekatan,yakni pendekatan tempat gugurnya rawi dan pendekatan jelas tidaknya
keterputusan sanad tersebut.
Ø Untuk melaksanakan penelitian hadits,peneliti
harus memiliki sejumlah pengetahuan penting,khususnya yang berkaitan dengan
ajaran islam dan metodologi penelitiannya.Karena kegiatan penelitian hadits
menuntut kecerdasan,penguasaan sejumlah pengetahuan,kesungguhan dan tanggung
jawab keilmuan dan keagamaan terhadap yang melaksanakannya,maka kegiatan
penelitian hadits termasuk salah satu kegiatan ijtihad.
V
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami
sajikan,kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekeliruan,untuk itu kami
membutuhkan kritik dan saran bagi para pembaca yang bersifat membangun.Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.AAMIIN.
DAFTAR
PUSTAKA
As-Shiddiqi, 1981. Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits, Jilid1, Jakarta: Bulan Bintang.
Ibnu Shalah, 1972. Ulumul Hadits,
Madinah: Almaktabah Al-Ilmiyyah.
Mahmud Al-Thahhan, 1979.
Tafsir Mushthalah Al-Hadits, Beirut: Darul Qur’an Al-Karim.
Al-Khatib, 1997. As-Sunnah Qabla
Ad-Tadwin, Beirut: Darul-Fikr.
Jamaluddin, Muhammad, 1979. Qawa’id At-Tahdits min Funun Mushthalahul
Hadits, Beirut: Darul Kutub
Al-Ilmiyah.
Nuruddin, 1997. Manhaj An-Naqd Fii Ulumil Hadits, Damaskus: Darul Fikr.
Isma’il, Syuhudi,
1995. Kaedah Keshahihan Sanad Hadits,
Jakarta: Bulan Bintang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar