AYAT-AYAT
TENTANG TUJUAN PENDIDIKAN
I.
PENDAHULUAN
Dinamika
di zaman diiringi perubahan dalam segala hal karena pendidikan disepelekan
kemerosotan akhlak, moral, terjadi dimana-mana. Dalam hal ini pemuda sebagai
generasi penerus bangsa telah dipengaruhi oleh gaya-gaya barat yang
disebarluaskan melalui berbagai media. Seperti televisi, internet, dan lain
sebagainya. Sehingga krisis akhlak melanda pada manusia terutama generasi muda
sekarang ini.
Pendidikan
yang ada dalam al-Qur’an tersebut adalah untuk menata kehidupan manusia supaya
bisa teratur dari segi kemasyarakatan berbangsa, bernegara dan yang terpenting
adalah menata kehidupan berkeluarga, karena tujuan pendidikan ini bisa
dilakukan oleh manusia (orang yang berilmu dan bertaqwa) yang akan menciptakan
kehidupan yang harmonis dan sejahtera.[1]
Islam
juga menegaskan bahwa bukti keimanan ialah jiwa yang bersih dan bukti keislaman
adalah berpendidikan dan berakhlak yang baik. Dalam makalahini kami
akan mencoba membaha tentang ayat-ayat yang berkenaan dengan tujuan pendidikan.
II.
POKOK BAHASAN
Dalam makalah
ini, kami akan membahas ayat-ayat sebagai
berikut :
A.
Surat
Al-An’am : 97-99
B.
Surat
Yunus : 5-6
C.
Surat
An-Nahl : 5-14
D.
Surat
Al-An’am :
161-164
III.
PEMBAHASAN
A.
Surat
Al-An’am: 97-99
qèdur Ï%©!$# @yèy_ ãNä3s9 tPqàfZ9$# (#rßtGöktJÏ9 $pkÍ5 Îû ÏM»yJè=àß Îhy9ø9$# Ìóst7ø9$#ur 3 ôs% $uZù=¢Ásù ÏM»tFy$# 5Qöqs)Ï9 cqßJn=ôèt ÇÒÐÈ uqèdur üÏ%©!$# Nä.r't±Rr&
`ÏiB <§øÿ¯R ;oyÏnºur @s)tGó¡ßJsù ×íyöqtFó¡ãBur 3 ôs% $uZù=¢Ásù ÏM»tFy$# 5Qöqs)Ï9 cqßgs)øÿt ÇÒÑÈ uqèdur üÏ%©!$# tAtRr&
z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB $oYô_t÷zr'sù ¾ÏmÎ/ |N$t7tR Èe@ä. &äóÓx« $oYô_t÷zr'sù çm÷YÏB #ZÅØyz ßlÌøU çm÷YÏB ${6ym $Y6Å2#utIB z`ÏBur È@÷¨Z9$# `ÏB $ygÏèù=sÛ ×b#uq÷ZÏ% ×puÏR#y ;M»¨Yy_ur ô`ÏiB 5>$oYôãr& tbqçG÷¨9$#ur tb$¨B9$#ur $YgÎ6oKô±ãB uöxîur >mÎ7»t±tFãB 3 (#ÿrãÝàR$# 4n<Î) ÿ¾ÍnÌyJrO !#sÎ) tyJøOr&
ÿ¾ÏmÏè÷Ztur 4 ¨bÎ) Îû öNä3Ï9ºs ;M»tUy 5Qöqs)Ïj9 tbqãZÏB÷sã ÇÒÒÈ
Artinya:
97. Dan dialah yang menjadikan bintang-bintang
bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut.
Sesungguhnya kami Telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (kami) kepada
orang-orang yang Mengetahui.
98. Dan dialah yang menciptakan
kamu dari seorang diri, Maka (bagimu) ada tempat tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya
Telah kami jelaskan tanda-tanda kebesaran kami kepada orang-orang yang
Mengetahui.
99. Dan dialah yang
menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala
macam tumbuh-tumbuhan Maka kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang
menghijau. kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak;
dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun
anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak
serupa. perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan
pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.
a)
Munasabah
Munasabah
antara ayat-ayat ini dan sebelumnya yaitu jika ayat sebelumnya telah berbicara
tentang kekuasaan Allah mengenai matahari dan bulan yang mana didalamnya
terdapat banyak pelajaran. Kini kita juga akan membaas tentang kekuasaan Allah, seperti bintang-bintang
serta manfaatnya buat manusia.[2]
b)
Tafsiran
Hanya Allah swt semata yang
menciptakan bintang berkilauan sebagai tanda-tanda yang jelas, dan menjadikan
tanda-tanda yang jelas ini sebagai bukti-bukti yang pasti. Dengannya, orang
yang tersesat dan keliru arah dalam perjalanan, baik di daratan maupun di
lautan, mendapat petunjuk. [3]
Yang dimaksud dengan kegelapan dalam
ayat tersebut adalah kegelapan malam, kegelapan bumi atau air, serta kegelapan
dalam arti kesalahan dan kesesatan.[4]
Sejak awal peradaban umat manusia sampai sekarang, benda-benda langit merupakan
tanda petunjuk perjalanan manusia, baik di darat maupun dilaut. Dengan
meneropong matahari, bulan, dan bintang seseorang yang akan bepergian dapat
menentukan arah yang hendak dituju. Bahkan, para antariksawan belakangan ini
berpedoman pada matahari dan bintang dalam menentukan arah perjalanan pada
suatu masa tertentu. Mereka juga menggunakan gugus bintang dalam menentukan
waktu, seperti gugus Bintang Biduk. Dengan demikian, manusia dapat mengenal
tempat dan waktu melalui bantuan bintang, persis seperti yang diisyaratkan ayat
ini.
Dahulu, orang percaya bahwa bintang-bintang
dan benda-benda langit adalah dewa-dewa yang mempunyai pengaruh pada bumi dan
isinya. Yang mengetahui gerak benda-benda langit dipercaya oleh masyarakat
dapat mengetahui apa yang akan terjadi bagi seseorang bahkan bagi masyarakat
dan manusia seluruhnya. Para peramal membuat semacam peta bagi setiap orang
sesuai dengan posisi bintang-bintang saat kelahirannya karena, menurut mereka,
posisi bintang mempengaruhi sifat dan pembawaannya bahkan menentukan
peristiwa-peristiwa yang dialaminya serta menentukan pula saat kematiannya.
Masyarakat Arab Jahiliyyah pun mempercayai hal serupa. Hal ini tidak direstui
Islam karena itu ilmu perbintangan, yakni astrologi bukan astronomi, yang
dimasukkan oleh Nabi saw dalam bagian dari sihir. Rasulullah bersabda “siapa
yang berkunjung kepada peramal dan bertanya sesuatu kepadanya (dan dia
membenarkannya) maka shalatnya tidak diterima Allah selama empat puluh hari”.
(HR. Muslim dan Ahmad melalui Abu Hurairah).
Tidak berbeda pendapat agamawan
dalam menetapkan kekufuran siapa yang percaya bahwa bintang-bintang adalah
tuhan-tuhan, baik dipuja maupun tidak, dan baik kepadanya diajukan permohonan
maupun tidak. Adapun bahwa ia mempunyai pengaruh terhadap aktivitas manusia
maka kepercayaan semacam ini pun sangat tidak direstui Islam walau sementara
ulama tidak menilainya sebagai kekufuran. Ia adalah suatu kemungkaran dan
kebodohan yang seharusnya tidak menyentuk seorang muslim.
Dalil bahwa potensi bintang-bintang
dlam melahirkan peristiwa baru terjadi jika memenuhi sekian syarat tertentu,
tidak mengurangi pandangan negatif ulama dan pemikir Islam terhadap astrologi
dan peminat-peminatnya.[5]
Allahlah yang menjadikan kalian
dari diri yang satu, yaitu manusia pertama yang dari padanya seluruh manusia
turun-temurun, yaitu Adam.
Dalam
menjadikan manusia seluruh manusia dari satu diri, terdapat banyak keterangan
atas kekuasaan, ilmu, kebijaksanaan dan keesaan Allah. Pengingatan akan semua
itu menunjuk kepada kewajiban mensyukuri nikmat-Nya, disamping kepada saling
mengenal dan menolong diantara umat manusia. Pemecahan manusia menjadi
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku mendorong untuk saling mencintai, bukan
saling memusuhi, memerangi, atau menanamkan jiwa permusuhan dan kebencian
diantara manusia.[6]
Untuk lebih menjelaskan
kekuasaan-Nya ditegaskan lebih jauh bahwa Kami
keluarkan darinya, yakni dari tanaman yang menghijau itu, butir yang saling bertumpuk, yakni
banyak, padahal sebelumbnya ia hanya satu biji atau benih. Selanjutnya Allah
memberi contoh dengan mendahulukan menyebut sesuatu yang berkaitan dengan butir
karena butir yang disebut pertama pada ayat yang lalu (ayat 95), yaitu bahwa: Dan dari mayang, yakni pucuk kurma, mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, yang
mudah dipetik dan kebun-kebun anggur, dan
Kami keluarkan pula zaitun dan delima yang serupa bentuk buahnya dan tidak serupa aroma dan kegunaannya. Perhatikanlah buah yang
dihasilkannya dengan penuh penghayatan guna menemukan pelajaran melalu beberapa
fase di waktu pohonnya berbuah, dan perhatikan pula proses kematangannya yang melalui beberapa
fase. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum
yang beriman.
Kitab al-Muntakhab fi at-tafsir yang ditulis oleh sejumlah pakar
mengemukakan bahwa: ayat tentang tumbuh-tumbuhan ini menerangkan proses
penciptaan buah yangtumbuh dan berkembang melalui beberapa fase hingga sampai
pada fase kematangan. Pada saat mencapai fase kematangan itu, suatu jenis buah
mengandung komposisi zat gula, minyak, protein, berbagai zat karbohidrat, dan
zat tepung. Semua ini terbentuk atas bantua cahaya matahari yang masuk melalui
klorofil yang pada umumnya terdapat pada bagian pohon yang berwarna hijau,
terutama pada daun. Daun itu ibarat pabrik yang mengolah komposisi zat-zat tadi
untuk didistribusikan ke bagian-bagian pohon yang lain, termasuk biji dan buah.[7]
Air hujan adalah sumber air bersih
satu-satunya bagi tanah. Sedangkan matahari adalah sumber semua kehidupan. Tetapi,
hanya tumbuh-tumbuhan yang dapat menyimpan daya matahari itu dengan perantaraan
klorofil untuk kemudian menyerahkannya kepada manusia dan hewan dalam bentuk
bahan makanan organik yang dibentuknya.
Kemajuan ilmu pengetahuan telah
dapat membuktikan kemahaesaan Allah. Zat hemoglobin yang diperlukan untuk
pernapasan manuia dan sejmlah besar jenis hewan, berkaitn erat sekali dengan
zak hijau daun. Atom, karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen mengandung atom
zat besi di dalam molekul klorofil. Di dunia kedokteran, ditemukan bahwa
klorofil, ketika diasimilasi oleh tubuh manusia, bercampur dengan sel-sel
manusia. Percampuran itu kemudian memberikan tenaga dan kekuatan melawan
bermacam bakteri penyakit. Dengan demikian, ia berfungsi sebagai benteng
pertahanan tubuh dari serangan segala macam penyakit.[8]
Dibagian akhir ayat ini disebutkan
(¾ÏmÏè÷ZturÍ!yJøOr& #sÎ)(4nÌyJrOn<Î)#ÿrãÝàR$#)
perhatikanlah buahnya di waktu (pohonnya)
berbuah dan kematangannya. Perintah ini mendorong perkembangan ilmu
tumbuh-tumbuhan (Botanik) yang sampai saat ini mengandalkan metode pengamatan
bentu luar seluruh organnya dalam semua fase perkembangannya.
Ada tiga macam penutup berbeda yang digunakan oleh ketiga ayat yang
lalu. Uraian tentang tanda kekuasaan-Nya menyangkut bintang (ayat 97) ditutup
dengan menyebut bahwa tanda itu bagi kaum yang cqßJn=ôèt
/ mengetahui. Uraian tentang manusia
dan perjalanan hidupnya dinyatakan sebagai tanda bagi kaum yang mengetahui dengan dalam / cqßgs)øÿt
(ayat 98). Sedang uraian tentang bukti kekasaan Allah pada tumbuh-tumbuhan
dijadikan tanda bagi kaum yang bqãZÏB÷sã
/ beriman (ayat 99). Perbedaan itu, menurut sementara ulama, untuk
mengisyaratkan bahwa pengetahuan tentang bintang-bintang membutuhkan
pengetahuan tertentu, yang sering kali tidak terjangkau oleh orang awam.
Tetapi, untuk mengetahui tentang manusia dan bukti kekuasaan Allah menyangkut
makhluk sosial itu jauh lebih sukar dari pada pengetahuan tentang alam raya.
Ini membutuhkan pengamatan dan kedalaman analisis karena itu penutupnya
menggunakan kata yafqahun yang
mengandung makna pengetahuan yang lahir dari analisis yang tajam serta
perbandingan-perbandingan guna mencapai satu kesimpulan. Memang pengetahuan
kita tentang manusia hingga kini masih sangat terbatas, bukan saja karena
keterlambatan manusia mempelajari dirinya, baik oleh generasi nenek moyang kita
yang disibukkan oleh rasa takut menghadapi alam yang belumdiketahuinya maupun
oleh generasi kita yang berlomba menumpuk kekayaan alam. Bahkan, bukan saja
karena itu, tetapi karena manusia adalah makhluk yang sangat kompleks.[9]
Adapun
ayat 99 yang ditutup dengan (bqãZÏB÷sãQöqs)Ïj9 ) bagi kaum yang beriman, ia ditutup
demikian sebagai isyarat bahwa ayat-ayat ini atau tanda-tanda itu hanya
bermanfaat untuk yang beriman. Memang, bisa saja ada yang mengetahui rahasia di
balik fenomena yang diuraikan ayat-ayat di atas, tetapi bila pengetahuannya
tidak disertai iman kepada Allah, pengetahuan tersebut tidak akan bermanfaat.
Atau, dapat juga penutup itu dipahami sebagai mengisyaratkan bahwa yang tidak
mengetahui dengan dalam atau bahkan yang tidak mengetahui walau sepintas
tentang bukti-bukti tersebut bukanlah orang yang beriman.
B.
Surat
Yunus: 5-6
uqèd Ï%©!$# @yèy_ [ôJ¤±9$# [ä!$uÅÊ tyJs)ø9$#ur #YqçR ¼çnu£s%ur tAÎ$oYtB (#qßJn=÷ètFÏ9 yytã tûüÏZÅb¡9$# z>$|¡Åsø9$#ur 4 $tB t,n=y{ ª!$# Ï9ºs wÎ) Èd,ysø9$$Î/ 4 ã@Å_Áxÿã ÏM»tFy$# 5Qöqs)Ï9 tbqßJn=ôèt ÇÎÈ ¨bÎ) Îû É#»n=ÏG÷z$# È@ø©9$# Í$pk¨]9$#ur $tBur t,n=yz ª!$# Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ;M»tUy 5Qöqs)Ïj9 cqà)Gt ÇÏÈ
Artinya:
5.
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu,
supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak
menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak[669]. dia menjelaskan
tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang Mengetahui.
6. Sesungguhnya pada pertukaran
malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi,
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang- orang yang
bertakwa.
a)
Munasabah
Ayat ini masih
merupakan lanjutan dari uraian tentang kuasa Allah SWT Serta ilmu dan
hikmah-Nya dalam mencipta, menguasai dan mengatur alam raya.[10]
Setelah Allah Ta’ala menyebutkan ayat-ayat yang menunjukkan keberadaan-Nya
dengan penciptaan langit dan bumi, termasuk sistem yang begitu rapi; maka
disini Allah menyebutkan bermacam-macam ayat Kauniyyah. Yakni, ayat-ayat
yang berkaitan dengan alam semesta, yang menunjukkan atas hal tersebut[11]
b)
Tafsiran
Allah SWT lah
satu-satunya yang menjadikan matahari bersinar untuk alam semesta dan
menjadikan bulan bercahaya untuk jagad raya. Sinar matahari itu membara panas
dan cahaya bulan itu berpendar dingin. Dia mengedarkan bulan pada orbit-orbit
yang sudah diketahui. Dengan matahari, dihitunglah hari-hari, dan dengan bulan,
diketahuilah pergantian tahun. Allah tidak menciptakan matahari dan bulan
kecuali karena adanya satu hikmah yang agung dan pertanda yang jelas tentang
keindahan ciptaan-Nya dan keagungan mahakarya-Nya.[12] Dialah yang menjadikan matahari bersinar
dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah, yakni tempat-tempat
baginya, yakni bagi perjalanan bulan dan matahari itu supaya kamu mengetahui
bilangan tahun dan perhitungan waktu.[13]
Sesungguhnya
pada pergantian malam dan siang, dan semua keajaiban
ciptaan-Nya dan keanehan makhluk-Nya dengan segala keindahan, keteraturan, dan
kesempurnaannya terdapat bukti-bukti nyata tentang keagungan Sang penciptanya.[14] Sesungguhnya pada pergantian, yakni
perputaran bumi pada porosnya yang mengakibatkan terang dan gelap dan
perbedaannya baik dalam masa panjang dan pendeknya.
C.
Surat
An-Nahl: 5-14
zO»yè÷RF{$#ur $ygs)n=yz 3 öNà6s9 $ygÏù Öäô$Ï ßìÏÿ»oYtBur $yg÷YÏBur tbqè=à2ù's? ÇÎÈ öNä3s9ur $ygÏù îA$uHsd úüÏm tbqçtÌè? tûüÏnur tbqãmuô£n@ ÇÏÈ ã@ÏJøtrBur öNà6s9$s)øOr&
4n<Î) 7$s#t/ óO©9 (#qçRqä3s? ÏmÉóÎ=»t/ wÎ) Èd,ϱÎ0 ħàÿRF{$# 4 cÎ) öNä3/u Ô$râäts9 ÒOÏm§ ÇÐÈ @øsø:$#ur tA$tóÎ7ø9$#ur uÏJysø9$#ur $ydqç62÷tIÏ9 ZpuZÎur 4 ß,è=øsur $tB w tbqßJn=÷ès? ÇÑÈ n?tãur «!$# ßóÁs% È@Î6¡¡9$# $yg÷YÏBur Öͬ!$y_ 4 öqs9ur uä!$x© öNà61yolm; úüÏèuHødr&
ÇÒÈ uqèd üÏ%©!$# tAtRr&
ÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB ( /ä3©9 çm÷ZÏiB Ò>#tx© çm÷ZÏBur Öyfx© ÏmÏù cqßJÅ¡è@ ÇÊÉÈ àMÎ6/Zã /ä3s9 ÏmÎ/ tíö¨9$# cqçG÷¨9$#ur @ϨZ9$#ur |=»uZôãF{$#ur `ÏBur Èe@à2 ÏNºtyJ¨V9$# 3 ¨bÎ) Îû Ï9ºs ZptUy 5Qöqs)Ïj9 crã¤6xÿtGt ÇÊÊÈ t¤yur ãNà6s9 @ø©9$# u$yg¨Y9$#ur }§ôJ¤±9$#ur tyJs)ø9$#ur ( ãPqàfZ9$#ur 7Nºt¤|¡ãB ÿ¾ÍnÌøBr'Î/ 3 cÎ) Îû Ï9ºs ;M»tUy 5Qöqs)Ïj9 cqè=É)÷èt ÇÊËÈ $tBur r&us öNà6s9 Îû ÇÚöF{$# $¸ÿÎ=tFøèC ÿ¼çmçRºuqø9r&
3 cÎ) Îû Ï9ºs ZptUy 5Qöqs)Ïj9 crã2¤t ÇÊÌÈ uqèdur Ï%©!$# t¤y tóst7ø9$# (#qè=à2ù'tGÏ9 çm÷ZÏB $VJóss9 $wÌsÛ (#qã_Ì÷tGó¡n@ur çm÷YÏB Zpuù=Ïm $ygtRqÝ¡t6ù=s? ts?ur ù=àÿø9$# tÅz#uqtB ÏmÏù (#qäótFö7tFÏ9ur ÆÏB ¾Ï&Î#ôÒsù öNà6¯=yès9ur crãä3ô±s? ÇÊÍÈ
Artinya:
5. Dan
dia Telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang
menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebahagiannya kamu makan.
6. Dan kamu memperoleh
pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan
ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan.
7. Dan ia memikul
beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya,
melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya
Tuhanmu benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
8. Dan (Dia Telah
menciptakan) kuda, bagal[820] dan keledai, agar kamu menungganginya dan
(menjadikannya) perhiasan. dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak
mengetahuinya.
9. Dan hak bagi Allah
(menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-jalan ada yang bengkok. dan
Jikalau dia menghendaki, tentulah dia memimpin kamu semuanya (kepada jalan yang
benar).
10. Dia-lah, yang Telah
menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan
sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu
menggembalakan ternakmu.
11. Dia menumbuhkan bagi
kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam
buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.
12. Dan dia menundukkan
malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. dan bintang-bintang itu
ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya),
13. Dan dia (menundukkan
pula) apa yang dia ciptakan untuk kamu di bumi Ini dengan berlain-lainan
macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran.
14. Dan Dia-lah, Allah yang
menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang
segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai;
dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan)
dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.
a)
Munasabah
Antara ayat-ayat 5-14 ini berhubungan erat
sekali, yaitu menjelaskan kekuasaan dan anugerah Allah di alam ini.
b)
Tafsiran
Allah menganugerahkan karunia
kepada hamba-hambanya dengan menciptakan binatang ternak bagi mereka, yaitu
unta, sapi, dan kambing, serta berbagai manfaat dan kemaslahatan yang terdapat
pada ternak itu seperti bulu domba, bulu unta dan bulu kambing yang dapat
dibuat hamparan dan baju, susunya dapat kamu minum. Dia juga menceritakan nikmat yang dianugerahkan yang
terdapat pada penurunan hujan dari langit. Pada hujan itu terdapat manfaat dan
kesenangan bagimu dan binatang ternak. Dia menumbuhkan bagimu dengan air itu
tanam-tanaman, zaitun, kurma, anggur dan segala jenis buah-buahan. Allah
mengeluarkan juga dari bumi dengan air ini berbagai buah-buahan yang beraneka
jenis, rasa, warna , bau dan bentuknya[15]
Apa yang Allah
ciptakan di atas muka bumi dan apa yang Allah titipkan buat manusia dari jenis
barang tambang dapat menopang kebutuhan hidup mereka disetiap zaman. Memikirkan
kandungan yang tersimpan di perut bumi yang disiapkan untuk mereka sehingga
hajat hidup mereka sempurna setiap harinya. Lalu, manusia pun mengeksplorasi
kandungan tersebut saat itu juga dan di saat membutuhkannya.
Nikmat lautan
dan kehidupan di laut juga merupakan hajat dan keinginan. Di antara yang
disebutkan adalah daging yang segar dari jenis ikan dan lainnya untuk dimakan.
Disamping ada lagi nikmat lain dari jenis perhiasan seperti Lu’lu dan Marjan, dari jenis kerang dan siput yang biasa digunakan manusia
hingga sekarang. Begitu pula dengan bahtera atau kapal layar memberikan
keindahan tersendiri yang tidak hanya untuk ditumpangi atau sekedar sarana
transportasi umumnya.[16]
D.
Surat
An’am: 161-164
ö@è% ÓÍ_¯RÎ) ÓÍ_1yyd þÎn1u 4n<Î) :ÞºuÅÀ 5OÉ)tGó¡B $YYÏ $VJuÏ% s'©#ÏiB tLìÏdºtö/Î) $ZÿÏZym 4 $tBur tb%x. z`ÏB tûüÏ.Îô³ßJø9$# ÇÊÏÊÈ ö@è% ¨bÎ) ÎAx|¹ Å5Ý¡èSur y$uøtxCur ÎA$yJtBur ¬! Éb>u tûüÏHs>»yèø9$# ÇÊÏËÈ w y7ΰ ¼çms9 ( y7Ï9ºxÎ/ur ßNöÏBé&
O$tRr&ur ãA¨rr&
tûüÏHÍ>ó¡çRùQ$# ÇÊÏÌÈ ö@è% uöxîr&
«!$# ÓÈöö/r&
$|/u uqèdur >u Èe@ä. &äóÓx« 4 wur Ü=Å¡õ3s? @à2 C§øÿtR wÎ) $pkön=tæ 4 wur âÌs? ×ouÎ#ur uøÍr 3t÷zé&
4 §NèO 4n<Î) /ä3În/u ö/ä3ãèÅ_ó£D /ä3ã¥Îm7t^ãsù $yJÎ/ öNçFZä. ÏmÏù tbqàÿÎ=tGørB ÇÊÏÍÈ
Artinya:
161.
Katakanlah: "Sesungguhnya Aku Telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada
jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan
Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik".
162. Katakanlah:
Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam.
163. Tiada sekutu bagiNya;
dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang
pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".
164. Katakanlah:
"Apakah Aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal dia adalah Tuhan bagi
segala sesuatu. dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya
kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul
dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan
diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan."
a)
Munasabah
Hubungan surat Al An’am dengan
surat Al A’raf: pada bagian terakhir surat Al an ‘am Allah mengatakan bahwa Dia
menjadikan manusia khalifah-khalifah di bumi serta mengangkat derajat sebagian
mereka, maka bagian pemulaan surat Al A’raaf Allah mengemukakan penciptaan Adam dan anak cucunya
dan di jadikan –Nya khalifah di atas
bumi begitu juga anak cucunya .[17]
b)
Tafsiran
Agama yang benar dan jalan yang lurus ialah agama
Ibrahim, ini menjadikan manusia dapat berjalan lurus, kelurusan itu menjadikan
si pejalan tidak mencong ke kiri, tidak pula ke kanan. Ajaran Nabi Ibrahim AS adalah
hanif, tidak
bengkok ke arah kiri atau ke arah kanan,
tidak tenggelam pada spiritualisme, tidak juga pada
matrealisme, tetapi
tidak juga mengabaikan keduanya.
Keberadaan
nabi SAW meyuruh manusia mengikuti agama
Ibrahim yang hanif tidaklah memastikan
keberadaan Ibrahim itu lebih sempurna
dari pada Muhammad SAW. Hal itu karena
Muhammad telah menjalankan agama itu
dalam suatu kebesaran dan menyempurnakannya secara tuntas dan belum pernah ada
orang yang menyempurnakannya sesempurna yang dilakukan nabi.
Ajaran
yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, dipersamakan dengan millah Ibrahim, karena prinsip-prinsip
ajaran Nabi Ibrahim, yaitu tauhid, kesesuaian dengan fitrah, moderasi, penegakkan
hak dan keadilan, keramahtamahan dan lain-
lain.[18] Nabi
SAW diperintahkan untuk menyebut empat hal yang berkaitan dengan wujud dan
aktifitas beliau, yaitu
shalat dan ibadah, serta
hidup dan mati. Dua yang pertama termasuk dalam aktifitas yang berada dalam pilihan manusia .ini
berbeda dengan hidup dan mati,
keduanya
di tangan Allah SWT.Manusia tidak memiliki pilihan dalam kedua hal ini .[19]
Adapun hidup dan mati, maka keadaannya lebih jelas
lagi, karena memang sejak semula kita telah menyadari bahwa keduanya adalah
milik Allah dan berada dalam genggaman tangan-Nya. Allah Ta’ala berfirman: ’’ katakanlah! sesunnguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku
dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam”.
Allah taala menyuruh Nabi SAW untuk memberitahukan kepada kaum musyrikin yang menyembah
selain Allah dan menyembelih ternak bukan atas nama Allah bahwa Ibrahim itu
berlainan dengan mereka dalam soal itu.sebab sholat Ibrahim adalah untuk Allah,
ibadahnya atas nama Dia Yang Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Hal ini seperti
seperti firman firman Allah Ta’ala :
”Maka
shalatlah kepada Tuhan mu dan sembelihan kurban“. Yakni ikhlaskan
shalatmu dan sembelihanmu untuk Dia Allah Yang Maha Esa tiada sekutu baginya . [20]
Oleh
sebab itu seharusnyalah seorang yang beriman menetapkan hatinya agar hidupnya
hanya untuk Allah, matinya
pun untuk Allah. Sehinnga
dia senantiasa menginginkan kebaikkan, kesalehan dan perbaikkan dalam setiap
amal yang dia lakukan, dan
mencari kesempurnaan untuk dirinya
dengan
harapan bisa mati dengan kematian yang di ridhoi Allah .[21]
IV.
ANALISIS
Dalam surah Al-An’am ayat 97 Allah
menjelaskan tentang bintang-bintang, sebagian ‘Ulama’ salaf berkata
“barangsiapa yang meyakini bahwa planet tidak memiliki tiga fungsi, maka dia
benar-benar telah melakukan kesalahan dan berdusta terhadap Allah, yaitu
sesungguhnya Dia menjadikannya sebagai hiasan, alat untuk pelempar setan, dan
untuk dijadikan petunjuk oleh manusia di kegelapan daratan dan lautan.
Kata Qinwaan dalam surah Al-An’am ayat 99
merupakan jama’ dari Qanwuun, yang
berarti tandan kurma mentah yang dekat untuk dijangkau. Maksudnya ialah pohon
kurma yang pendek, sehingga tandannya menyentuh tanah. Firman Allah Ta’ala “Dan
kebun-kebun anggur”, kurma dan anggur merupakan dua jenis buah yang paling
berharga bagi penduduk Hijaz, dan barangkali merupakan dua jenis buah terpilih
di dunia.
Dalam surah Yunus
diterangkan kata dhiya’ dan nur. Ayat ini menamai sinar
matahari(dhiya’) karena cahayanya menghasilkan panas, sedangkan nur memberi cahaya yang tidak terlalu
besar dan juga tidak menghasilkan kehangatan. Dari sini, kita dapat berkata
bahwa sinar matahari bersumber dari dirinya sendiridan cahaya bulan adalah
pantulan.
Dalam surah
An-Nahl, dijelaskan bahwa kuda, bighal dan keledai yang dijadikan Allah untuk
ditunggangi dan sebagai perhiasan. Itulah tujuan utama dari ternak itu. Tatkala
Allah menjelaskan binatang ternak dan menyebutkan jenis ini secara khusus, maka
sebagian ‘Ulama’ menjadikan ayat ini sebagai dalil untuk mengharamkan kuda. Di
antara ‘Ulama’ itu ialah Imam Abu Hanifah. Pengharaman itu karena Allah
menyertakan kuda dengan bighal dan keledai yang diharamkan itu. Sehubungan
dengan itu telah diriwayatkan beberapa hadits dari Khalid bin Walid yang
menjadi sumbernya, jika hadits itu shahih. Namun hadits itu tidak shahih karena
di dalamnya terdapat Baqiyah bin Al-Walid dan Shalih bin Yahya. Hal sebaliknya
telah ditegaskan dalam Shahihain dari
Jabir bin Abdullah, dia berkata “Rasulullah melarang memakan daging keledai
jinak dan beliau mengizinkan memakan daging kuda”.
V.
SIMPULAN
Allah SWT lah satu-satunya yang menjadikan matahari bersinar untuk
alam semesta dan menjadikan bulan bercahaya untuk jagad raya. Sinar matahari
itu membara panas dan cahaya bulan itu berpendar dingin. Dia mengedarkan bulan
pada orbit-orbit yang sudah diketahui. Dengan matahari, dihitunglah hari-hari,
dan dengan bulan, diketahuilah pergantian tahun. Sesungguhnya
pada pergantian malam dan siang, dan semua keajaiban ciptaan-Nya dan keanehan
makhluk-Nya dengan segala keindahan, keteraturan, dan kesempurnaannya terdapat
bukti-bukti nyata tentang keagungan Sang penciptanya. Allah
juga menganugerahkan karunia kepada hamba-hambanya dengan menciptakan binatang
ternak bagi mereka. Ajaran
yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, dipersamakan dengan millah Ibrahim,
karena
prinsip-prinsip ajaran Nabi Ibrahim.
VI.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan, kami menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu kami membutuhkan kritik dan
saran bagi para pembaca yang bersifat membangun. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua. AMIIN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar