PERKEMBANGAN
REMAJA DALAM PRAKTEKNYA
I.
PENDAHULUAN
Remaja sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia merupakan suatu
konsep yang relatife baru dalam kajian psikologi. Di Negara-Negara barat,
istilah remaja dikenal dengan “adolescence” yang berasal dari kata dalam
bahasa latin “adolescere” (kata bendanya adolescentia = remaja)
yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa.
Untuk merumuskan sebuah definisi yang memadai tentang remaja tidaklah
mudah, sebab kapan masa remaja berakhir dan kapan anak remaja tumbuh menjadi
seorang dewasa tidak dapat ditetapkan secara pasti. Kesulitab untuk memastikan
kapan berakhirnya masa adolesen ini, diantaranya karena adolesen sesungguhnya
merupakan suatu ciptaan budaya, yakni suatu konsep yang muncul dalam masyarakat
modern sebagai tanggapan sebagai perubahan social yang menyertai perkembvangan
industri. Pada abad ke-19 di eropa dan amerika serikat. Setidaknya, hingga
akhir abad ke-18, konsep adolesen belum digunakan untuk menunjukkan suatu
periade tertentu dari kehidupan manusia. Baru sejak abad ke-19 muncul konsep
adolesen sebagai suatu periode kehidupan tertentu yang berbeda dari masa
anak-anak dan masa dewasa.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Pertumbuhan Fisik Remaja &
Kondisi yang Mempengaruhinya
B.
Fase-Fase Perkembangan pada Masa
Remaja
C.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Masa Remaja
D.
Kenakalan Remaja
III.
PEMBAHASAN
A.
Pertumbuhan Fisik Remaja &
Kondisi yang Mempengaruhinya
Dengan
berkurangnya perubahan fisik kecanggungan pada masa puber dan awal masa remaja
pada umunya menghilang, karena remaja yang lebih besar sudah mempunyai waktu
tertentu untuk mengawasi tubuhnya yang bertambah besar. Mereka juga terdorong
untuk menggunakan kekuatan yang diperoleh dan selanjutnya merupakan bantuan
untuk mengatasi kecanggungan yang timbul kemudian. Karena kekuatan mengikuti
pertumbuhan otot, anak laki-laki pada umumnya menunjukkan kekuatan yang terbesar
pada usia 14 tahun, sedangkan anak perempuan menunjukkan kemajuan pada usia ini
dan kemudian ditinggalkan karena perubahan minat lebih dari pada kurangnya
kemampuan.[1]
Dalam kenyataan di lapangan, ada dua perubahan selama masa remaja, yaitu:
1. Perubahan Eksternal, perubahan yang
terjadi dan dapat dilihat pada fisik luar anak. Perubahan tersebut ialah :
a) Tinggi Badan, rata-rata anak perempuan
mencapai tinggi matang pada usia antara tujuh belas dan delapan belas tahun,
rata-rata anak laki-laki kira-kira setahun setelahnya. Perubahan tinggi badan
remaja dipengaruhi asupan makanan yang diberikan, pada anak yang diberikan
imunisasi pada masa bayi cenderung lebih tinggi dari pada anak yang tidak
mendapatkan imunisasi. Anak yang tidak diberikan imunisasi lebih banyak
menderita sakit sehingga pertumbuhannya terhambat.
b) Berat Badan, Perubahan berat badan
mengikuti jadual yang sama dengan perubahan tinggi badan, perubahan berat badan
terjadi akibat penyebaran lemak pada bagian-bagian tubuh yang hanya mengandung
sedikit lemak atau bahkan tidak mengandung lemak. Ketidak seimbangan perubahan
tinggi badan dengan berat badan menimbulkan ketidak idealan badan anak, jika
perubahan tinggi badan lebih cepat dari berat badan, maka bentuk tubuh anak
menjadi jangkung (tinggi kurus), sedangkan jika perubahan berat badan lebih
cepat dari perubahan tinggi badan, maka bentuk tubuh anak menjadi gemuk gilik /
gembrot (gemuk pendek).
c) Proporsi Tubuh, Berbagai anggota tubuh
lambat laun, mencapai perbandingan yang tubuh yang baik. Misalnya badan melebar
dan memanjang sehingga anggota badan tidak lagi kelihatan terlalu pandang.
d) Organ Seks, Baik laki-laki maupun
perempuan organ seks mengalami ukuran matang pada akhir masa remaja, tetapi
fungsinya belum matang sampai beberapa tahun kemudian.
2. Perubahan Internal, Perubahan yang
terjadi dalam organ dalam tubuh remaja dan tidak tampak dari luar. Perubahan
ini nantinya sangat mempengaruhi kepribadian remaja. Perubahan tersebut adalah :
a) Sistem Pencernaan, Perut menjadi lebih
panjang dan tidak lagi terlampau berbentuk pipa, usus bertambah panjang dan
bertambah besar, otot-oto di perut dan dinding-dinding usus menjadi lebih tebal
dan kuat, hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang.
b) Sistem Peredaran Darah, Jantung tumbuh
pesat selama masa remaja, pada usia tujuh belas atau delapan belas, beratnya
dua belas kali berat pada waktu lahir. Panjang dan tebal dinding pembuluh darah
meningkat dan mencapai tingkat kematangan bilamana jantung sudah matang.
c) Sistem Pernafasan, Kapasitas paru-paru
anak perempuan hampir matang pada usia tujuh belas tahun; anak laki-laki
mencapat tingkat kematangan baru beberapa tahun kemudian.
d) Sistem Endokrin, Kegiatan gonad yang
meningkat pada masa puber menyebabkan ketidak seimbangan sementara dari seluruh
system endokrin pada masa awal puber. Kelenjar-kelenjar seks berkembang pesat
dan berfungsi, meskipun belum mencapai ukuran yang matang sampai akhir masa
remaja atau awal masa dewasa.
e) Jaringan Tubuh, Perkembangan kerangka
berhenti rata-rata pada usia delapan belas tahun. Jaringan selain tulang,
khususnya bagi perkembangan otot, terus berkembang sampai tulang mencapai
ukuran yang matang.[2]
Pertumbuhan
fisik erat hubungannya dengan kondisi remaja. Kondisi yang baik berdampak baik
pada pertumbuhan fisik remaja, demikian pula sebaliknya. Adapun kondisi-kondisi
yang mempengaruhi sebagai berikut :
1. Pengaruh Keluarga, Pengaruh keluarga
meliputi faktor keturunan maupun faktor lingkungan. Karena faktor keturunan,
seorang anak dapat lebih tinggi atau panjang dari anak lainnya, sehingga ia
lebih berat tubuhnya, jika ayah dan ibunya atau kakeknya tinggi dan panjang. Faktor
lingkungan akan membantu menentukan tercapai tidaknya perwujudan potensi
keturunan yang dibawa dari orang tuanya.
2. Pengaruh Gizi, Anak yang mendapatkan
gizi cukup biasanya akan lebih tinggi tubuhnya dan sedikit lebih cepat mencapai
taraf dewasa dibadingkan dengan mereka yang tidak mendapatkan gizi cukup. Lingkungan
juga dapat memberikan pengaruh pada remaja sedemikian rupa sehingga menghambat
atau mempercepat potensi untuk pertumbuhan dimasa remaja.
3. Gangguan Emosional, Anak yang sering
mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid adrenal yang
berlebihan dan ini akan membawa akibat berkurangnya pembentukan hormon
pertumbuhan di kelenjar pituitary. Bila terjadi hal demikian pertumbuhan awal
remajanya terhambat dan tidak tercapai berat tubuh yang seharusnya.
4. Jenis Kelamin, Anak laki cenderung
lebih tinggi dan lebih berat dari pada anak perempuan, kecuali pada usia 12 –
15 tahun. Anak perempuan baisanya akan sedikit lebih tinggi dan lebih berat
dari pada laki-laki-laki. Hal ini terjadi karena bentuk tulang dan otot pada
anak laki-laki berbeda dengan perempuan. Anak perempuan lebih cepat
kematangannya dari pada laki-laki .
5. Status Sosial Ekonomi, Anak yang
berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah, cenderung lebih
kecil dari pada anak yang bersal dari keluarga dengan tingkat ekonomi rendah.
6. Kesehatan, Kesehatan amat berpengaruh
terhadap pertumbuhan fisik remaja. Remaja yang berbadan sehat dan jarang sakit,
biasanya memiliki tubuh yang lebih tinggi dan berat disbanding yang sering
sakit.
7. Pengaruh Bentuk Tubuh, Perubahan
psikologis muncul antara lain disebabkan oleh perubahan-perubahan fisik.
Diantara perubahan fisik yang sangat berpengaruh adalah ; pertumbuhan tubuh
(badan makin panjang dan tinggi), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi
(ditandai dengan haid pada perempuan dan "mimpi pertama" pada anak
laki-laki ), dan tanda-tanda kelamin kedua yang tumbuh.[3]
Anak laki-laki mulai mengalami pembesaran
biji pelir (scrotal/testicular enlargement) pada awal usia 9 tahun yang
diikuti bertambah panjangnya penis. Ukuran yang bentuk genital dewasa akan
dicapai pada usia 16-17 tahun. Pada laki-laki, rambut pubis akan mulai tumbuh
pada usia 12 tahun dan mencapai pola distribusi seperti orang dewasa pada usia
15-16 tahun. Pertumbuhan tinggi yang cepat akan terjadi pada usia sekitar
10,5-11 tahun sampai 16-18 tahun, yang mencapai puncaknya sekitar 14 tahun.
Perubahan suara terjadi sejalan dengan pertumbuhan penis, terjadinya ejakulasi
dan puncak pertumbuhan tinggi badan.[4]
B.
Fase-Fase Perkembangan pada
Masa Remaja
1. Fase Pueral
Pueral, dari kata ”puer” artinya anak besar.
Masa pueral merupakan masa akhir dari masa anak sekolah. Puer adalah anak yang
tidak suka lagi diperlakukan sebagai anak tetapi ia belum termasuk golongan
orang dewasa.
Dalam prakteknya di lapangan
adalah, Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak
laki-laki. Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu
meningkatnya hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ-organ seksual
serta organ-organ reproduksi remaja. Di samping itu, perkembangan
intelektualitas yang sangat pesat juga terjadi pada fase ini. Akibatnya,
remaja-remaja ini cenderung bersikap suka mengkritik (karena merasa tahu
segalanya), yang sering diwujudkan dalam bentuk pembangkangan ataupun
pembantahan terhadap orang tua, mulai menyukai orang dewasa yang dianggapnya
baik, serta menjadikannya sebagai "hero" atau pujaannya. Perilaku ini
akan diikuti dengan meniru segala yang dilakukan oleh pujaannya, seperti model
rambut, gaya bicara, sampai dengan kebiasaan hidup pujaan tersebut.
Selain itu, pada masa ini remaja
juga cenderung lebih berani mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani mengemukakan
pendapatnya, bahkan akan mempertahankan pendapatnya sekuat mungkin. Hal ini yang sering
ditanggapi oleh orang tua sebagai pembangkangan. Remaja tidak ingin
diperlakukan sebagai anak kecil lagi. Mereka lebih senang bergaul dengan
kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya. Mereka juga semakin
berani menentang tradisi orang tua yang dianggapnya kuno dan tidak/kurang
berguna, maupun peraturan-peraturan yang menurut mereka tidak beralasan,
seperti tidak boleh mampir ke tempat lain selepas sekolah, dan sebagainya.
Mereka akan semakin kehilangan minat untuk bergabung dalam kelompok sosial yang
formal, dan cenderung bergabung dengan teman-teman pilihannya. Misalnya, mereka
akan memilih main ke tempat teman karibnya daripada bersama keluarga berkunjung
ke rumah saudara.[5]
Tapi, pada saat yang sama,
mereka juga butuh pertolongan dan bantuan yang selalu siap sedia dari orang
tuanya, jika mereka tidak mampu menjelmakan keinginannya. Pada saat ini adalah
saat yang kritis. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan psikisnya untuk
mengatasi konflik yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya dari orang
lain. Orang tua harus ingat, bahwa masalah yang dihadapi remaja, meskipun bagi
orang tua itu merupakan masalah sepele, tetapi bagi remaja itu adalah masalah
yang sangat-sangat berat. Orang tua tidak boleh berpikir, "Ya ampun... itu
kan hal kecil. Masa kamu tidak bisa menyelesaikannya ? Bodoh sekali kamu
!", dan sebagainya. Tetapi perhatian seolah-olah orang tua mengerti bahwa
masalah itu berat sekali bagi remajanya, akan terekam dalam otak remaja itu
bahwa orang tuanya adalah jalan keluar ang terbaik baginya. Ini akan
mempermudah orang tua untuk mengarahkan perkembangan psikis anaknya.
2. Fase Pubertas
Masa ini
disebut juga masa remaja awal,
dimana perkembangan fisik mereka begitu menonjol. Remaja sangat cemas akan
perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia
memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil
akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan
seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini. Pada remaja wanita ditandai
dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pris ditandai
dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu
akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya serta memberikan
pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika hal ini gagal
ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka khususnya dalam hal
pengenalan diri/gender dan seksualitasnya akan terganggu. Kasus-kasus gay dan
lesbi banyak diawali dengan gagalnya perkembangan remaja pada tahap ini.[6]
Di samping
itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual.
Karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan
seksualitasnya, remaja sukar diselami perasaannya. Kadang mereka bersikap
kasar, kadang lembut. Kadang suka melamun, di lain waktu dia begitu ceria.
Perasaan sosial remaja di masa ini semakin kuat, dan mereka bergabung dengan
kelompok yang disukainya dan membuat peraturan-peraturan dengan pikirannya
sendiri.
Masa pubertas disebut sebagai masa bangkitnya
kepribadian ketika minat-minatnya lebih ditujukan kepada perkembangan pribadi
sendiri.[7]
Dan merupakan inti dari seluruh masa remaja. Ciri-ciri fase ini didasarkan atas
adanya pertumbuhan alat-alat kelamin, baik yang nampak diluar maupun yang ada
di dalam tubuhnya. Motorik anak (cara bergerak) mulai berubah, sehingga cara
berjalanpun mengalami perubahan. Anak laki-laki nampak lebih kaku dan kasar,
sedanag anak perempuan nampak lebih canggung. Mulai tahu manghias diri, baik
laki-laki maupun perempuan. Mereka berusaha menarik perhatian dengan memamerkan
segala perkembangannya, tetapi malu-malu.[8]
3.
Fase Akhir Pubertas
Pada masa ini,
remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik, akan dapat menerima
kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka juga bangga karena
tubuh mereka dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung sangat
singkat. Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat daripada remaja
pria, sehingga proses kedewasaan remaja putri lebih cepat dicapai dibandingkan
remaja pria. Umumnya kematangan fisik dan seksualitas mereka sudah tercapai
sepenuhnya. Namun kematangan psikologis belum tercapai sepenuhnya.
4. Fase Adolesen
Pada periode
ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna, baik segi fisik,
emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang
abstrak dan mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran
mereka. Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada
menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti
cita-citanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya serta
sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini.[9]
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masa
Remaja
1.
Faktor Luar (External)
Dalam prakteknya, faktor-faktor luar yang
mempengaruhi masa remaja memang ada dua golongan besar. Dua golongan itu ialah
golongan organis, yaitu manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan, dan golongan
anorganis, termasuk didalamnya adalah keadaan alam dan benda-benda.
Ini semua ikut memberi warna dalam perkembangan
seseorang. Oleh karena itu sikap
seseorang anak kota
berlainan dengan anak desa. Bukan perbedaan kualitas dan yang lainnya,
melainkan hanya berbeda dalam bentuk atau gambarnya. Perbedaan ini disebabkan
oleh factor dalamnya.
Suatu contoh: Pada suatu hari, di sebuah desa
kedatangan seseorang dari kota ,
yang berpakaian rapi, mencari burung dengan senjata angin, dengan naik mobil
dan membeli apa saja yang dapat dibeli untuk oleh-oleh. Kedatangan orang itu
membawa pengaruh banyak sekali kepada anak-anak desa itu. Yang seorang tertarik
dengan pakaiannya yang rapi, sehingga anak itu menjadi seorang gubernur, yang
seorang lagi tertarik oleh senapannya, akhirnya anak itu tumbuh menjadi seorang
jendral, yang seorang lagi tertarik oleh uangnya yang banyak, sehingga akhirnya
anak itu tumbuh menjadi lintah darat, dan sebagainya.[10]
Dan dalam kenyataannya, teori-teori diatas memang benar.
2.
Faktor Dalam (intern)
a.
Perkembangan Fantasi
Perkembangan fantasi ini, bermula pada
fase kanak-kanak. Tetapi arah perkembangannya berubah pada waktu fase remaja.
Setelah menyaksikan tumbuhnya tubuh yang lain dari biasanya pada lawan
jenisnya. Melihat itu, mereka saling berfantasi, oleh karena keduanya saling
tidak mengerti apakah faedahnya sebelum ia melakukan fungsinya yang sebenarnya.
Si laki-laki bangga dengan kumisnya,
tetapi ia tidak mengerti untuk apakah
sebenarnya kumis itu. Si wanita bangga dengan miliknya yang menghiasi dadanya,
tetapi ia pun belum mengerti faedahnya sebelum kelahiran bayinya. Keduanya
saling berfantasi, dan demikian suburlah perkembangan fantasi remaja waktu itu.
Dan inilah yang dipergunakan sebagai modal untuk menulis surat dengan bunga-bunga bahasa yang
dirasakan bagus sekali untuk dinikmati. Inilah sebabnya mengapa masalah cinta
pertama yang sering sukar dihapuskan bekasnya bagi siapapun juga yang
mengalaminya.
b.
Perkembangan Emosi
Perkembangan ini mulai nampak pada masa
remaja fase negative. Pada saat itu emosi remaja serba tidak menentu. Ia sangat
gelisah tetapi ia tidak mengerti, mengapa ia demikian resah, gelisah, sedih. Ia
bersikap menolak perintah, harapan, anjuran, maupun keinginan orang tua/gurunya,
tetapi ia tidak mengerti apa yang akan diperbuat setelah menolak semuanya itu.
Pada akhir fase ini, ia berusaha untuk
menjadi pusat perhatian dari lingkungannya. Ia bersikap egois, bahkan ia merasa
serba super, sehingga mau tidak mau lawan jenisnya tertarik, mengagumi dan
akhirnya berserah diri padanya. Darahnya mudah menggelora, ia adalah pemberani
yang kadang-kadang kurang perhitungan, tingkah lakunya kasar, penaik darah,
mudah tersinggung dan tidak takut mati. Ini semua hanya berlangsung singkat,
kemudian ia berkembang menjadi harmonis sedikit demi sedikit.
Ia mulai memuja sesuatu yang baik,
apakah itu keadaan alam, sesuatu hasil seni ataukah itu lawan jenisnya. Ia
bersikap memuja, baik kepada gurunya yang meghargai karyanya ataukah itu orang
tuanya, yang memuji kepandaiannya, apakah itu seorang gadis yang mengaguminya
entah karena apanyapun. Disinilah ia mulai menemukan akunya kembali. Ia mulai
percaya kepadanya dan makin harmonislah keadaannya.
c.
Perkembangan Kemauan/keinginan
Perkembangan kemauan/keinginan ini sedikit
demi sedikit berbelok kearah yang dibutuhkan oleh desakan jasmani dan rohaninya
waktu itu. Kadang-kadang keinginan itu demikian mendesak menuntut pemenuhan,
sekalipun hanya berujud ketemu gadis pujaan. Inilah mengapwaktu berpacaran, si
pacar selalu ingin bertemu, untuk sekedar bertemu muka, jalan-jalan, menonton
dan sebagainya.
Tetapi kadang-kadang oleh karena terjadi
hal-hal yang lebih mendesak sebagai akibat daripada rangsangan yang kuat maka
keinginan itu mudah berkobar, sehingga tidak jarang terjadi hal-hal yang di
luar dugaan.
Oleh karena itu sekalipun mereka
mendapat kebebasan dari kedua orang tua, namun harus disertai batas-batas
kebebasan yang sesuai dengan norma yang baik yang berlaku di masyarakat yang
bermoral. Suasana ethis harus diciptakan salama mereka saling bertemu dan orang
tua menyaksikan pertemuan itu meskipun hanya untuk sementara.
d.
Perkembangan Estetika
Jika pada masa negatif, aspek estetika
seakan-akan mengalami kemunduran, maka pada masa-masa berikutnya, sedikit demi
sedikit mulai bangun kembali. Jiwa remaja menjelang dewasa ini telah mampu
menghayati dunia luar lebih mendalam, sehingga mampu meresapkan apa yang
dilihat, didengar dan dirasakannya yang mampu menggerakkan jiwanya.[11]
e.
Perkembangan Religi
Bagi remaja, agama memiliki arti yang
sama pentingnya dengan moral. Bahkan sebagai mana dijelaskan oleh Adams dan Gullota (1983) agama memberikan kerangka moral
sehingga membuat seorang mampu membandingkan tingkahlakunya. Agama dapat
menstabilkan tingkah laku dan bisa mamberikan penjelasan mengapa dan untuk apa
seseorang berada didunua ini. Agama memberikan perlindungan rasa aman terutama
bagi remaja yang telah mencari eksistensi dirinya.[12]
D.
Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja di lapangan, biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal
dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja
maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung
begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat.
Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang
tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para
pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan
kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi
lingkungan, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri, dan
sebagainya.[13]
Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang
tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh
keluarga, orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan
gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya
harus diselesaikan, konflik-konflik psikologis yang menggantung harus diselesaikan,
dan mereka harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya.
Pertanyaannya : tugas siapa itu semua ? Orang tua-kah ? Sedangkan orang tua
sudah terlalu pusing memikirkan masalah pekerjaan dan beban hidup lainnya.
Saudaranya-kah ? Mereka juga punya masalah sendiri, bahkan mungkin mereka juga
memiliki masalah yang sama. Pemerintah-kah ? Atau siapa ? Tidak gampang untuk
menjawabnya. Tetapi, memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai
pemahaman akan perkembangan anak-anak kita dengan baik, akan banyak membantu
mengurangi kenakalan remaja. Minimal tidak menambah jumlah kasus yang ada.
IV. KESIMPULAN
a)
Ada
dua perubahan selama masa remaja, yaitu perubahan yang bersifat eksternal dan
perubahan yang bersifat internal
b)
Fase-Fase Perkembangan pada Masa Remaja, yaitu:
·
Fase Pueral
·
Fase Pubertas
·
Fase Pubertas
· Fase Adolesen
c)
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Masa Remaja
Ø
Faktor Luar (External)
Ø
Faktor Dalam (intern)
a.
Perkembangan Fantasi
b. Perkembangan Emosi
c. Perkembangan Kemauan/keinginan
d. Perkembangan Estetika
e. Perkembangan Religi
d) Kenakalan remaja
biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses
perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Secara
psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak
terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya.
Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan
tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungan.
V. PENUTUP
Demikian pembahasan makalah yang telah
kami susun, semoga bermanfaat bagi pembaca dan pemakalah sendiri. Mudah-mudahan
apa yang telah kita diskusikan bisa menambah ilmu dan wawasan kita dan juga
menambah rasa puji syukur kita kepada Allah SWT yang telah memberi kita akal
fikiran. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan guna
memperbaiki makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Hartono, 1999. Perkembangan Peserta Didik, Jakarta:
Rineka Cipta.
Desmita, 2005.
Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hasan,
Purwakania, 2008. Psikologi Perkembangan Islam, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Surya Brata, Sumadi, 2002. Psikologi
Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers.
Sujanto, Agus, 1984. Psikologi perkembangan, Jakarta: Aksara Baru.
Sujanto, Agus, 1984. Psikologi perkembangan, Jakarta: Aksara Baru.
Syamsuddin, Makmun, 2007. Psikologi
Kependidikan Perangkat System Pengajaran Modul, Bandung: Rosdakarya.
Utsman, Muhammad, 2004. Psikologi
dalam Perspektif Hadits, Jakarta: Pustaka Al Husna Baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar