PENDIDIKAN ANAK USIA
DINI
I.
PENDAHULUAN
Perubahan
pandangan dalam dunia pendidikan dan berbagai perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni membawa dampak pada berbagai aspek pendidikan, termasuk
pada kebijakan pendidikan. Jika pada awal-awal kemerdekaan, fokus perhatian
pemerintah lebih tertuju pada jenjang pendidikan dasar, menengah dan tinggi,
maka secara berangsur-angsur setelah itu, perhatian pemerintah juga tertuju
pada pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar, yaitu pendidikan anak usia
dini.
Usia
dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar sepanjang rentang
pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Pada masa usia dini, semua
potensi anak berkembang sangat cepat. Fakta yang ditemukan oleh ahli-ahli
neurologi, menyatakan bahwa sekitar 50% kapasitas kecerdasan manusia telah
terjadi ketika usia 4 tahun dan 80% telah terjadi ketika berusia berusia 8
tahun. Pertumbuhan fungsional sel-sel saraf tersebut membutuhkan berbagai
situasi pendidikan yang mendukung, baik situasi pendidikan keluarga,
masyarakat maupun sekolah.
Usia
dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar dalam sepanjang
rentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini
ditandai oleh berbagai periode penting yang fundamen dalam kehidupan anak
selanjutnya sampai periode akhir perkembangannya. Salah satu periode yang
menjadi perinci masa usia dini adalah The Golden Age atau periode keemasan.
Banyak konsep dan fakta yang ditemukan memberikan penjelasan periode keemasan
pada masa usia dini, dimana semua potensi anak berkembang paling cepat.
Beberapa konsep yang disandingkan untuk masa anak usia dini adalah masa
eksplorasi, masa identifikasi/imitasi, masa peka, masa bermain, dan masa trozt
alter I (masa membangkang tahap I).
Pendidikan
anak usia dini adalah pendidikan yang lebih banyak memerlukan pola pengasuhan
dan penumbuhkembangkan kemampuan dasar peserta didik. Oleh karena itu
diperlukan konsep dasar yang baik dalam penyelengaraan PAUD.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa pengertian pendidikan
anak usia dini?
B.
Apa tujuan dan fungsi
pendidikan anak usia dini?
C.
Bagaimana konsep dasar
pendidikan anak usia dini?
D.
Bagaimana
prinsip-prinsip pendidikan anak usia dini?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendidikan
Anak Usia Dini
Pengertian
pendidikan anak usia dini sebagaimana yang termaktub dalam UU Sisdiknas Tahun
2003 pasal 1 ayat 14 menyatakan: “Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.” Batasan lain mengenai usia dini pada
anak berdasarkan psikologi perkembangan yaitu antara usia 0-8 tahun. Disamping
istilah pendidikan anak usia dini terdapat pula terminologi pengembangan anak
usia dini yaitu upaya yang dilakukan oleh masyarakat dan atau pemerintah untuk
membantu anak usia dini dalam mengembangkan potensinya secara holistik baik aspek
pendidikan, gizi maupun kesehatan.[1]
Sementara
menurut Biechler dan Snowman sebagaimana yang dikutip oleh Soemiarti Padmonodewo,
yang dimaksud dengan pendidikan anak usia dini atau prasekolah adalah mereka
yang berusia antara 3-6 tahun. Mereka biasanya mengikuti program penitipan anak
(3 bulan-5 tahun) dan kelompok bermain (usia 3 tahun) sedangkan pada usia 4-6
tahun biasanya mereka mengikuti program Taman Kanak-Kanak.[2]
Menurut
Mansur, anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses
pertumbuhan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar), intelegensia (daya pikir,
cipta, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan
perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan anak.[3]
Anak usia dini terbagi dalam 4 tahapan: 1) masa bayi lahir sampai 12 bulan, 2)
masa toddler (balita) usia 1-3 tahun, 3) masa pra sekolah usia 3-6 tahun, 4)
masa kelas awal SD 6-8 tahun.[4]
Jadi
dapat disimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini adalah upaya pembelajaran
yang dilakukan orang dewasa bagi anak usia 3-6 tahun untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani maupun rohani bagi persiapan pendidikan lebih lanjut.
B.
Tujuan dan Fungsi
Pendidikan Anak Usia Dini
1.
Tujuan PAUD
Ada 2 tujuan
diselenggarakannya PAUD:[5]
a.
Tujuan umum
Kegiatan pendidikan
bertujuan mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan
untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
b.
Tujuan khusus
Kegiatan pendidikan
secara khusus bertujuan agar:
1)
Anak mampu melakukan
ibadah mengenal dan percaya akan ciptaan Tuhan dan mencintai sesama
2)
Anak mampu mengelola
keterampilan tubuh termasuk gerakan-gerakan yang mengontrol gerakan tubuh
3)
Anak mampu berpikir
secara logis, kritis, memberi alasan memecahkan masalah dan menumbuhkan
hubungan sebab akibat
4)
Anak memiliki kepekaan
terhadap irama, nada, serta menghargai hasil karya yang kreatif
2.
Fungsi PAUD
Pentingnya
memberikan layanan pendidikan bagi anak usia dini memiliki beberapa fungsi:[6]
a.
Fungsi adaptasi dan
sosialisasi
Yakni berperan dalam
membantu anak melakukan penyesuaian diri dengan berbagai lingkungan serta
menyesuaikan diri dengan keadaan dalam dirinya sendiri dan juga membantu anak
agar ia memiliki ketrampilan sosial yang berguna dalam pergaulan di masyarakat.
b.
Fungsi pengembangan
Yang berkaitan dengan
peranan pendidikan anak usia dini dalam mengembangkan berbagai potensi yang
dimiliki anak.
c.
Fungsi bermain
Yakni peranan
pendidikan anak usia dini dalam memberikan kesempatan pada anak untuk bermain,
melalui bermain anak akan senang dan gembira mengembangkan potensi yang
dimilikinya.
d.
Fungsi ekonomik
Yakni pendidikan yang
terencana pada anak usia dini merupakan investasi jangka panjang yang
menguntungkan pada setiap rentang perkembangan selanjutnya. Terlebih lagi
investasi yang dilakukan berada pada masa keemasan (golden old).
C.
Konsep Dasar Pendidikan
Anak Usia Dini
Pada
masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden years) yang
merupakan masa dimana anak mulai peka/sensitif untuk menerima berbagai
rangsangan. Masa peka pada masing-masing anak berbeda, seiring dengan laju
pertumbuhan dan perkembangan anak secara secara individual. Masa peka adalah masa
terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis yang siap merespons stimulus yang
diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar untuk
mengembangkan kemampuan kognitif, motorik, bahasa, sosio emosional, agama dan
moral.
Pendidikan
usia dini merupakan wahana pendidikan yang sangat fundamental dalam memberikan
kerangka dasar terbentuk dan berkembangnya dasar-dasar pengetahuan, sikap dan
ketrampilan pada anak. Keberhasilan pendidikan pada masa dini tersebut menjadi
dasar untuk proses pendidikan selanjutnya. Keberhasilan penyelenggaraan
pendidikan pada lembaga pendidikan anak usia dini, seperti: Kelompok Bermain,
Taman Penitipan Anak, Satuan Padu Sejenis maupun Taman Kanak-Kanak yang sangat
tergantung pada sistem dan proses pendidikan yang yang dijalankan.
Menurut
Peaget, anak secara aktif memahami pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya. Berdasarkan hasil interaksinya anak mengembangkan scheme
(skema). Skema merupakan memori atau gambaran anak tentang sesuatu. Misalnya,
setelah anak bermain sepeda dan diberi penjelasan bahwa itu adalah sepeda, ia
kini memiliki skema tentang sepeda didalam otaknya.
Pendekatan
yang saat ini paling banyak digunakan dalam lembaga PAUD adalah pendekatan
BCCT. Konsep dasar pendekatan sentra dan lingkaran atau beyond centers and
circle time (BCCT) dalam pendidikan anak usia dini dinilai cocok untuk
kondisi Indonesia yang sangat beragam, karena mengutamakan keunggulan dan
budaya lokal. Pendekatan BCCT berfokus pada anak pembelajarannya berpusat di
sentra main dan saat anak dalam lingkaran. Sentra main adalah zona atau arena
main anak yang dilengkapi dengan seperangkat alat main yang berfungsi sebagai
pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung perkembangan anak dalam tiga
jenis permainan. Yakni main sensorimotor (fungsional), main peran dan main
pembangunan.[7]
Ada
4 pijakan dalam pendekatan BCCT, yaitu:
1.
Pijakan lingkungan main
· Sebelum
anak-anak datang ke sentra-sentra, guru
telah menata lingkungan main dengan menyiapkan sejumlah tempat main
· Usahan
paling tidak ada 3 tempat main anak agar anak bebas memilih permainan
· Guru
perlu menyediakan waktu yang cukup agar anak-anak dapat memilih dan menikmati
ke 3 jenis pengalaman-pengalaman main (main sensorimor, main peran, dan main
pembangunan) paling sedikit 1 jam bagi anak untuk bermain.
2.
Pijakan pengalaman
sebelum main
· Guru
menjelaskan kegiatan-kegiatan main hari ini, mencontohkan bagaimana menggunakan
bahan dan alat bermain secara tepat
· Agar
anak mendapatkan ide saat bermain, guru dapat membacakan sebuah cerita atau
berdiskusi bersama anak
3.
Pijakan pengalaman main
setiap anak
· Ketika
anak mulai memilih sebuah kegiatan guru harus mencatat apa yang dipilih anak
pertama kali
· Jika
anak hanya terpaku pada kegiatan main menuang dan mengisi pasir, artinya anak
masih berada pada tahap main sensorimotor.
· Ketika
anak-anak bermain, guru harus senantiasa memberikan perhatian kepada semua anak
dengan berpindah dari satu tempat ke tempat lain sambil memberikan dukungan
pada kegiatan anak selagi mereka bekerja.
4.
Pijakan pengalaman
setelah main.
· Saat
anak-anak berada di sekolah dasar nantinya, mereka diharapkan dapat fokus pada
satu kegiatan dan menyelesaikan kegiatan tersebut hingga tuntas .
· Guru
dapat mengajarkan keterampilan-keterampilan tersebut melalui kesempatan berbagi
cerita pengalaman-pengalaman main yang tadi dilakukan dalam sebuah lingkaran
usai anak-anak bermain.
· Sebelum
pulang, guru juga dapat mengajak anak-anak membereskan bahan-bahan dan
alat-alat main dan meminta untuk menatanya kembali ke tempat-tempatnya.
· Dengan
cara ini anak belajar mengelompokkan dan mengelola lingkungan main secara
tepat.
Adapun dalam BCCT ada
berbagai sentra tempat bermain:
1.
Sentra bahan alam
2.
Sentra main peran
3.
Sentra persiapan
4.
Sentra balok
5.
Sentra religi
6.
Sentra seni
D.
Prinsip-Prinsip
Pendidikan Anak Usia Dini
Prinsip
pelaksanaan program PAUD harus mengacu pada prinsip umur yang terkandung dalam
konveksi hak anak, yaitu:[8]
1.
Nondiskriminasi, dimana
semua anak dapat mengecap pendidikan usia dini tanpa membedakan suku bangsa,
jenis kelamin, bahasa, agama, tingkat sosial serta kebutuhan khusus setiap
anak.
2.
Dilakukan demi kebaikan
terbaik untuk anak (the best interest of the child), bentuk pengajaran,
kurikulum yang diberikan harus sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif,
emosional, konteks sosisal budaya dimana anak-anak hidup.
3.
Mengakui adanya hak
hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan yang sudah melekat pada anak.
4.
Penghargaan terhadap
pendapat anak (respect for the views of the child) pendapat anak yang
menyangkut kehidupannya perlu mendapatkan perhatian dan tanggapan.
Beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan program kegiatan/pembelajaran
pada PAUD meliputi:[9]
1.
Berorientasi pada
perkembangan anak
2.
Berorientasi pada
kebutuhan anak
3.
Bermain sambil belajar
atau belajar seraya bermain
4.
Stimulasi terpadu
5.
Lingkungan kondusif
6.
Menggunakan pendekatan
tematik
7.
Aktif, kreatif,
inovatif, efektif dan menyenangkan
8.
Menggunakan berbagai
media dan sumber belajar
9.
Mengembangkan kecakapan
hidup
10.
Pemanfaatan teknologi
dan informasi
Dalam perspektif psikologi pendidikan,
kecerdasan dianggap sebagai kemampuan mental terhadap suatu persoalan, ada 3
faktor penting yang mengenarai kecerdasan seseorang, yakni penilaian (judgement),
pengertian (comprehension), dan penalaran (reasoning).
Bukan
hanya kecerdasan intelektual saja yang dipersiapkan, bahkan kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual.
Menurut
pandangan Gordner yang didasarkan atas teori multi cultural, menurutnya ada 7
macam kecerdasan atau yang sering disebut dengan multiple intelligence (MI):
1.
Inteligensi linguistik
verbal (verbal-linguistik intelligence)
2.
Kecerdasan
matematis-logis (logical-mathematical intelligence)
3.
Kecerdasan ruang visual
(visual-spatial intelligence)
4.
Kecerdasan musik (nusical
intelligence)
5.
Kecerdasan kinestetik
atau gerakan fisik (kinesthetic intelligence)
6.
Kecerdasan hubungan
sosial (interpersonal intelligence)
7.
Kecerdasan kerohanian (intrapersonal
intelligence)
IV.
KESIMPULAN
1.
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
2.
Secara umum Kegiatan
pendidikan bertujuan mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai
persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
3.
Konsep dasar pendekatan
sentra dan lingkaran atau beyond centers and circle time (BCCT) dalam
pendidikan anak usia dini dinilai cocok untuk kondisi Indonesia yang sangat
beragam, karena mengutamakan keunggulan dan budaya lokal. Dalam BCCT ada 4
pijakan: Pijakan lingkungan main, Pijakan pengalaman sebelum main, Pijakan
pengalaman main setiap anak, dan Pijakan pengalaman setelah main.
4.
Beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan dalam pelaksanaan program kegiatan/pembelajaran pada PAUD
meliputi: Berorientasi pada perkembangan anak, berorientasi pada kebutuhan
anak, bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain, stimulasi terpadu,
lingkungan kondusif, menggunakan pendekatan tematik, aktif, kreatif, inovatif,
efektif dan menyenangkan, menggunakan berbagai media dan sumber belajar, mengembangkan
kecakapan hidup, dan pemanfaatan teknologi dan informasi.
V.
PENUTUP
Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat menambah ilmu kita
semua. Kami sadar dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, untuk
itu kritik dan saran yang membangun tetap diharapkan sebagai acuan dalam
pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini
dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Mursid, Kurikulum dan Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD): Sebuah Harapan Masyarakat, Semarang: AKFI media, 2010.
______, Manajemen Lembaga Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) Teori dan Praktik, Semarang: AKFI media, 2010.
Padmonodewo, Soemiarti, Pendidikan Anak Pra Sekolah, Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2000.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini,
selasa, 3 nopember 2011. Pkl. 17.03 WIB.
[1] Mursid,
Manajemen Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Teori dan Praktik,
(Semarang: AKFI media, 2010), hlm. 2
[2]
Soemiarti Padmonodewo, Pendidikan Anak Pra Sekolah, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2000), hlm. 19
[3] Mansur,
Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005), hlm. 88
[4]http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini,
Selasa, 3 Nopember 2011. Pkl. 17.03 WIB.
[5] Mursid,
Manajemen Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Teori dan Praktik,
hlm. 23
[6] Mursid,
Kurikulum dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD): Sebuah Harapan Masyarakat,
(Semarang: AKFI media, 2010), hlm. 50-51
[7] Mursid, Manajemen Lembaga Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) Teori dan Praktik, hlm. 5-6
[8] Mursid,
Kurikulum dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD): Sebuah Harapan Masyarakat,
hlm. 52
[9] Mursid, Manajemen Lembaga Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) Teori dan Praktik, hlm. 19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar