LANDASAN ATAU KONSEP DASAR TEKNOLOGI
PENDIDIKAN
I.
PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa, apalagi bagi bangsa
yang sedang berkembang, yang giat membangun negaranya. Pembangunan hanya dapat
dilakukan oleh manusia yang dipersiapkan untuk itu melalui pendidikan. Dalam
zaman kemajuan ilmu pengetahuan ini para ahli berusaha untuk meningkatkan
mengajar itu menjadi suatu ilmu atau science. Dengan metode mengajar yang
ilmiah diharapkan, proses belajar mengajar itu lebih terjamin keberhasilannya.
Inilah yang sedang diusahakan oleh teknologi pendidikan. Teknologi pendidikan
memberi pendekatan yang sistematis dan kritis tentang proses belajar mengajar.
Teknologi pendidikan memandangnya sebagai suatu masalah yang harus dihadapi
secara rasional dengan menerapkan metode pemecahan masalah. Penerapan Teknologi
di lembaga pendidikan merupakan jawaban persoalan yang sekarang ini dialami
oleh dunia pendidikan kita. Sebagai salah satu bagian dari sistem yang ada,
teknologi pendidikan sebenarnya adalah suatu cara atau teknis bagaimana agar
anak didik secara maksimal mampu menyerap ilmu pengetahuan yang disampaikan
oleh guru-gurunya atau anak dengan cara belajar dari proses alam sekitarnya.
II.
PERMASALAHAN
A.
Pengertian
Teknologi Pendidikan
B.
Landasan dan
Pendekatan Belajar dalam Teknologi Pendidikan
C.
Teknologi
Pendidikan Sebuah Konsep
D.
Pemahaman
Konsep Teknologi Pendidikan
III.
DESKRIPSI MATERI
A.
Pengertian Teknologi Pendidikan
Istilah teknologi berasal dari bahasa yunani technologia
yang menurut Webster Dictionary berarti systematic treatment atau
penanganan sesuatu secara sistematis, sedangkan techne sebagai dasar kata
teknologi berarti “art” adalah keterampilan (skill), science atau
keahlian, keterampilan, ilmu.[1] Sedang dalam arti luas menurut Association for Educational
Communication and Technology (AECT) adalah proses yang kompleks dan terpadu
yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk
menganalisis masalah, mencari problem solving, melaksanakan evaluasi dan
mengelola pemacahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia.[2] Dengan
demikian, teknologi tidak lebih dari suatu ilmu yang membahas tentang
keterampilan yang diperoleh lewat pengalaman, studi, dan observasi.
Teknologi bukanlah sekedar mesin dan orang. Teknologi
pendidikan adalah proses yang kompleks dan terpadu yang mencakup orang,
prosedur, ide, peralatan dan organisasi, untuk menganalisis masalah, mencari
cara pemecahan, mengimplementasikan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan
masalah yang berkenaan dengan semua aspek belajar manusia.
Teknologi pendidikan dapat ditafsirkan sebagai media
yang lahir dari perkembangan alat komunikasi yang digunakan untuk tujuan
pendidikan. Teknologi pendidikan mempunyai karakteristik tertentu yang sangat
relevan bagi kepentingan pendidikan. Teknologi pendidikan memungkinkan adanya:
Ø Penyebaran
informasi secara luas, merata, cepat, seragam, dan terintegrasi, sehingga
dengan demikian pesan dapat disampaikan sesuai dengan isi yang dimaksud.
Ø Teknologi
pendidikan dapat menyajikan materi secara logis, ilmiah dan sistematis serta
mampu melengkapi, menunjang, memperjelas konsep-konsep, prinsip-prinsip atau
proposisi materi pelajaran.
Ø Teknologi
pendidikan menjadi partner guru dalam rangka mewujudkan proses belajar mengajar
yang efektif, efisien dan produktif sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan anak
didik.
Ø Teknologi
pendidikan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar, dapat menyajikan materi
secara lebih menarik, lebih-lebih jika disertai dengan kemampuan
memanfaatkannya.
Pengertian lain
dari teknologi pendidikan adalah proses yang kompleks dan terpadu pemecahan
masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia. Dalam teknologi
pendidikan, pemecahan masalah itu terjelma dalam bentuk semua sumber belajar
yang didisain dan dipilih atau digunakan untuk keperluan belajar, sumber-sumber
belajar ini diidentifikasi sebagai pesan,orang, bahan, peralatan, teknik, dan
latar lingkungan.[3]
Sumber belajar
untuk teknologi pendidikan yaitu semua sumber yang meliputi data, orang dan
barang yang mungkin digunakan oleh si (orang) yang belajar, baik secara
sendiri-sendiri maupun dalam bentuk kelompok, biasanya dalam situasi informal
untuk memberikan kemudahan belajar.
Ada dua jenis
sumber belajar:
a)
Sumber yang didesain yaitu sumber-sumber yang
secara khusus dikembangkan sebagai komponen sistem intruksional yang diharapkan
dapat membantu kemudahan kegiatan belajar yang bersifat formal dan mempunyai
tujuan tertentu.
b)
Sumber yang dimanfaatkan yaitu sumber-sumber
yang tidak secara khusus didesain untuk keperluan pembelajaran, namun dapat
ditemukan, diperoleh dan digunakan untuk keperluan belajar.[4]
Hasil
penelitian secara nyata membuktikan bahwa penggunaan alat bantu sangat membantu
aktivitas proses belajar mengajar dikelas, terutama peningkatan prestasi
belajar siswa/mahasiswa. Kadang-kadang guru/dosen ingin memilih beban seminimal
mungkin dalam pelaksanaan tugas mengajar, ini terbukti, penggunaan metode
ceramah (lecture method) monoton paling popular dikalangan dosen/guru.
Keterbatasan media teknologi pendidikan disatu pihak dan lemahnya kemampuan
dosen/guru menciptakan media tersebut disisi lain membuat penerapan metode
ceramah semakin menjamur. Kondisi ini jauh dari menguntungkan. Terbatasnya
alat-alat teknologi pendidikan yang dipakai dikelas diduga merupakan salah satu
sebab lemahnya mutu studi mahasiswa atau pelajar atau masyarakat pada umumnya.[5]
Tuntutan
masyarakat yang makin besar terhadap pendidikan serta kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, membuat pendidikan tidak mungkin lagi dikelola hanya dengan
melalui pola tradisional, disamping cara ini tidak sesuai lagi dengan kebutuhan
dan tuntutan masyarakat. Revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan
masyarakat, pemahaman cara belajar anak, kemajuan media komunikasi dan kemajuan
lain sebagainya memberi arti tersendiri bagi kegiatan pendidikan dan tuntutan
ini pulalah yang membuat kebijaksanaan untuk memanfaatkan media teknologi dan
pendekatan teknologis dalam pengelolaan pendidikan. Pendidikan sebagai bagian
dari kebudayaan merupakan sarana penerus nilai-nilai, gagasan-gagasan, sehingga
setiap orang mampu berperan serta dalam transformasi nilai demi kemajuan bangsa
dan negara. Ini berarti bahwa pendidikan adalah wadah untuk mentransformasikan
ilmu pengetahuan dan teknologi demi kepentingan hidup manusia.[6]
B.
Landasan dan Pendekatan Belajar dalam Teknologi
Pendidikan
1)
Landasan
filosofis teknologi pendidikan
Landasan falsafah penelitian teknologi pendidikan terdiri atas 3
komponen seperti yang diungkapkan oleh Suriasumantri dalam Miarso. Ada 3 jenis
komponen dalam teknologi pendidikan yaitu ontology (merupakan bidang kajian
ilmu itu apa, jika teknologi pendidikan sebagai ilmu maka bidang kajiannya
apa), epistemology (pendekatan yang digunakan dalam suatu ilmu itu bagaimana),
dan aksiology (menelaah tentang nilai guna baik secara umum maupun secara
khusus, baik secara kasat mata atau secara abstrak). Kurikulum
teknologi berorientasi ke masa depan yang memandang teknologi sebgai dunia yang
dapat diamati serta diukur secara pasti. Oleh karena itu dalam pendidikan lebih
mengutamakan penampilan perilaku lahirnya atau eksternal
dengan penerapan praktis hasil penemuan-penemuan ilmiah yang secara
karakteristik menuju ke arah komputerisasi program pengajaran yang ideal sesuai
dengan prinsip-prinsip Gybeructis.
Dalam proses belajar mengajar, model teknologi pendidikan lebih
menitik beratkan kemampuan siswa secara individual dimana materi pelajaran
sesuai ketingkatan kesiapan sehingga siswa mampu menunjukan perilaku tertentu
yang diharapkan.
2)
Landasan
psikologi teknologi pendidikan
Dalam pandangan modern, belajar adalah proses perubahan tingkah
laku berkat interaksi dengan lingkungan. Seseorang dianggap melakukan kegiatan
belajar setelah ia memperoleh hasil yakni terjadinya perubahan tingkah laku
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Pola tingkah laku tersebut meliputi
aspek rohani dan jasmani. Menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan,
ketrampilan dan menyangkut sikap nilai. Siswa yang belajar dipandang sebagai
organisme yang hidup sebagai satu keseluruhan yang bulat. Ia bersifat aktif dan
senantiasa mengadakan interaksi dengan lingkungannya, memerima, menolak,
mencari sendiri dapat pula mengubah lingkungannya.[7]
Pembelajaran pada hakekatnya mempersiapkan
peserta didik untuk dapat menampilkan tingkah laku hasil belajar dalam kondisi
yang nyata, atau untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Untuk itu, pengembang program pembelajaran selalu menggunakan
teknik analisis kebutuhan belajar untuk memperoleh informasi mengenai kemampuan
yang diperlukan peserta didik. Bahkan setelah peserta didik menyelesaikan
kegiatan belajar selalu dilakukan analisis umpan balik untuk melihat kesesuaian
hasil belajar dengan kebutuhan belajar.[8]
3)
Landasan
sosiologis teknologi pendidikan
Peranan teknologi dalam belajar yang dirancang sebagai tujuan
pengajaran yang lebih efektif dan ekonomis merupakan peranan komunikasi yang
sangat penting sebab hakikat teknologi pengajaran adalah upaya mempengaruhi
siswa agar dapat mencapai tujuan pendidikan. Oleh sebab itu landasan sosial
teknologi pengajaran ada pada komunikasi insani.
4)
Landasan
religius teknologi pendidikan
Dalam proses pembelajarn yang mengacu pada landasan keagamaan,
seorang guru diharapkan bisa mengubah moral peserta didiknya, agar dalam
pembelajaran nantinya bisa berjalan sesuai yang diharapkan. Maka disini seorang
guru, ketika ada seorang peserta didiknya yang tidak memahami apa yang
disampaikan, guru dapat menggunakan teknik atau cara pembelajaran lain dengan
tanpa mempersulit caranya tersebut agar pemahaman peserta didiknya tidak
menyimpang, yang nantinya dapat mempengaruhi moral peserta didiknya. Sebagaimana yang telah di jelaskan dalam Al-qur’an : يسّروا ولا تعسّروا
Dari penjelasan tersebut sudahlah jelas bahwa dalam proses
pembelajaran, agama sendiri tidak mempersulit tentang cara yang akan dipakai
oleh seorang guru dalam penyampaian pelajarannya. Selain itu, pesan yang
disampaikan lewat interaksi antara guru dan peserta didiknya harus bisa
mengimbangi keadaan pesarta didiknya, sehingga bisa di terima materinya. Dengan
kata lain guru harus bisa mengajarkan materinya sesuai dengan ukuran akal peserta
didiknya sehingga mampu diserap dan diamalkan apa yang disampaikannya “ خاطبوا النّاس بقدر عقولهم
”[9]
Menurut
Yusufhadi, Objek formal teknologi pendidikan adalah “belajar” pada
manusia, baik sebagai pribadi maupun yang tergabung dalam organisasi. Belajar itu
tidak hanya berlangsung dalam lingkup persekolahan ataupun pelatihan. Belajar
itu ada di mana saja dan oleh siapa saja, dengan cara dan sumber apa saja yang
sesuai dengan kondisi dan keperluan.
Selanjutnya,
menurutnya, ada gejala yang perlu mendapat perhatian atau yang merupakan
landasan ontology dari objek tersebut adalah:
a)
Adanya sejumlah besar orang yang belum
terpenuhi kesempatan belajarnya, baik yang diperoleh melalui suatu lembaga
khusus maupun yang dapat diperoleh secara mandiri.
b)
Adanya berbagai sumber, baik yang telah
tersedia maupun yang dapat direkayasa, tetapi belum dapat dimanfaatkan untuk
keperluan belajar.
c)
Perlu adanya suatu proses atau usaha khusus
yang terarah dan terencana untuk menggarap sumber-sumber tersebut agar dapat
terpenuhi hasrat belajar setiap orang dan organisasi.
d)
Perlu adanya keahlian dan pengelolan atas
kegiatan khusus dalam mengembangkan dan memanfaatkan sumber untuk belajar
tersebut secara efektif, efisien dan selaras.[10]
Usaha khusus
yang terarah dan terencana bukan sekedar menambah apa yang kurang, menambal apa
yang berlubang, dan menjahit apa yang sobek. Menurut Banathy, bukan hanya “doing
more of the same”, ataupun “doing it better of the same”, melainkan “doing
it differently” untuk menjamin hasil yang diharapkan. Pendekatan yang
berbeda itu adalah pendekatan yang memenuhi empat persyaratan, yaitu:
a)
Pendekatan isomeristik, yaitu yang meggabungkan
hal-hal yang sesuai dari berbagai kajian/bidang keilmuan (psikologi, komunikasi,
ekonomi, manajemen, rekayasa teknik dsb), ke dalam suatu kebulatan tersendiri.
b)
Pendekatan sistematik, yaitu dengan cara yang
berurutan dan terarah dalam usaha memecahkan persoalan.
c)
Pendekatan sinergistik, yaitu yang menjamin
adanya nilai tambah dari keseluruhan kegiatan dibandingkan dengan bila kegiatan
itu dijalankan sendiri-sendiri.
d)
Pendekatan sistemik, yaitu pengkajian secara
menyeluruh (komprehenshif).[11]
C.
Teknologi Pendidikan Sebuah Konsep
Beberapa konsep
teknologi pendidikan, dari beberapa pendapat, sebagaimana dikutip Yusufhadi,
diantaranya:
Ø Konsepsi
teknologi pendidikan dapat kita pahami melalui pendekatan teknologi atau
pendidikan. Melalui pendekatan teknologi diartikan sebagai teknologi yang
diterapkan dalam bidang pendidikan.
Ø Definisi yang
dibuat Galbraith tentang teknologi masih sangat populer hingga kini, yaitu
aplikasi sistematik sains atau pengetahuan lain dalam tugas praktikal. Bila
difinisi ini diterapkan dalam dunia pendidikan, maka teknologi pendidikan
merupakan aplikasi sistematik sains dan pengetahuan lain dalam tugas
kependidikan. Definisi ini terlalu luas, karena dengan demikian semua tugas
kependidikan dapat dianggap sebgai bidang teknologi pendidikan.
Ø Association for
Educational Communication and Technology/AECT, 1986), Tekonologi pendidikan
merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, gagasan,
peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan pemecahan,
melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut
semua aspek belajar manusia.
Ø Konsep
pendidikan sendiri mempuyai arti yang luas, ia merupakan keseluruhan proses
seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan berbagai bentuk prilaku lain yang
mempunyai nilai positif terhadap lingkungan tempat hidupnya. Apabila proses itu
sengaja dikelola agar dapat terbentuk prilaku tertentu dalam kondisi tertentu,
maka proses itu disebut pembelajaran/instruksional.
Ø Commission on
Instructional Technology, 1970. Teknologi Instruksional (sebagai bagian dari
teknologi pendidikan), merupakan cara yang sistematis dalam merancang,
melaksanakan dan mengevaluasi keseluruhan proses belajar mengajar untuk
mencapai tujuan khusus yng didasarkan pada penelitian terhadap belajar dan berkomunikasi
pada manusia, serta dengan menggunakan kombinasi sumber belajar insani dan
non-insani agar menghasilkan pembelajaran yang efektif.[12]
Dari berbagai
pendapat tentang pengertian teknologi pendidikan dan teknologi instruksional,
maka Yusufhadi Miarso memberikan suatu rumusan dalam aplikasi teknologi
pendidikan dan implikasinya. Konsep atau pengertian teknologi pendidikan
tersebut, jika kita analisis akan memperoleh pedoman umum aplikasi sebagai
berikut:
a)
Memadukan berbagai macam pendekatan dari bidang
psikologi, komunikasi, manajemen, rekayasa dan lain-lain secara bersistem.
b)
Memecahkan masalah belajar pada manusia secara
menyeluruh dan serempak dengan memperhatikan dan mengkaji semua kondisi dan
saling kaitan di antaranya.
c)
Digunakan teknologi sebagai proses dan produk
untuk membantu memecahkan masalah belajar.
d)
Timbulnya daya lipat atau efek sinergi, di mana
penggabungan pendekatan dan atau unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari sekadar
penjumlahan. Demikian pula pemecahan secara menyeluruh dan serempak akan
mempunyai nilai lebih daripada memecahkan masalah secara terpisah.[13]
Berdasarkan
perkembangan paradigma (kerangka berpikir) para ahli dapat dirumuskan gagasan
dasar atau falsafah teknologi pendidikan yaitu agar setiap pribadi dapat
berkembang secara maksimal dengan jalan memanfaatkan segala macam sumber
belajar yang ada maupun yang perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga
tercapai efisiensi serta keselarasan dengan perkembangan masyarakat dan
lingkungannnya. Dari beberapa pandangan teantang konsep teknologi penddidikan
dengan komponen-komponen yang menyertainya, maka dapat dirangkum dalam konsep
teknologi pendidikan secara umum, bahwa:
Teknologi
pendidikan adalah proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang,
prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari
jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah
yang menyangkut semua aspek belajar manusia. Pemecahan masalah terjelma dalam
bentuk sumber belajar yang dirancang, dipilih dan atau digunakan untuk
keperluan belajar dan yang terdiri dari pesan, orang, bahan, peralatan, teknik
dan lingkungan. Proses analisis masalah merupakan fungsi pengembangan
pendidikan dalam bentuk riset atau teori, desain, produksi, evaluasi, seleksi,
logistik, pemanfaatan dan peenyebarluasan. Proses pengarahan dan koordinasi
nerupakan fungsi pengelolaan pendidikan yang meliputi pengelolaan organisasi dan
personal.
D.
Pemahaman Konsep Teknologi Pendidikan
Pemahaman
konsep teknologi pendidikan dapat dirumuskan sebagai berikut:
a.
Teknologi pendidikan merupakan ilmu cara yang
terbentuk dalam proses panjang untuk membangun sistem pendidikan, agar mampu
mewujudkan terbentuknya manusia yang berkualitas.
b.
Teknologi pendidikan dalam sistem aplikasinya
dilakukan secara terpadu, dan melibatkan banyak komponen di antaranya adalah
unsur manusianya, prosedur, ide atau gagasan, bahan dan peralatan serta
organisasi pengelolaannya.
c.
Teknologi pendidikan merupakan sebuah produk
pemikiran untuk mencari jalan pengembangan, pendayagunaan semua sumber daya
yang ada, dalam rangka untuk memecahkan problem pendidikan, baik problem yang
menyangkut kuantitas dan kualitas pendidikan yang muncul.
d.
Teknologi pendidikan memakai pendekatan
sistematis dalam rangka, menganalisa dan memecahkan masalah proses belajar.
e.
Teknologi pendidikan merupakan suatu bidang
yang berkepentingan dengan pengembangan secara sistematis berbagai macam sumber
belajar, termasuk di dalamnya pengelolaan dan penggunaan sumber belajar.
f.
Tekonologi pendidikan merupakan suatu bidang
profesi yang terbentuk dengan adanya usaha terorganisasikan dalam mengembangkan
teori, melaksanakan penelitian dan aplikasi praktis perluasan serta peningkatan
sumber belajar.
g.
Teknologi pendidikan beroperasi dalam seluruh
bidang secara integratif yaitu secaraa rasional berkembang dan berintegrasi
dengan berbagai bidang pendidikan.
Pada umumnya
teknologi pendidikan dianggap mempunyai potensi untuk:
1)
Meningkatkan produktifitas pendidikan dengan
jalan:
· Mempercepat
tahap belajar (rate of leaning)
· Membantu guru
untuk menggunakan waktunya secara lebih baik.
· Mengurangi
beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga guru dapat lebih banyak membina
dan mengembangkan belajar anak
2)
Memberikan kemungkinan pendidikan yang lebih
individual, dengan jalan:
· Mengurangi
control guru yang kaku dan tradisional.
· Memberikan
kesempatan anak berkembag sesuai dengan kemampuan.
3)
Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap
pengajaran, dengan jalan;
· Perencanaan
program pengajaran yang lebih sistematis.
· Pengembangan bahan
pengajaran yang dilandasi penelitian tentang perilaku.
4)
Lebih memantapkan pengajaran, dengan jalan;
· Meningkatkan
kapabilitas manusia dengan berbagai media komunikasi
· Penyajian
informasi dan data secara lebih kongkrit.
5)
Menungkinkan belajar secara seketika (immediacy
of learning) karena dapat;
· Mengurangi
jurang pemisah antara pelajaran di dalam dan di luar sekolah.
· Memberikan
pengetahuan langsung.
6)
Memungkinkan penyajian pendidikan lebih luas,
terutama adanya media masa, dengan jalan:
· Pemanfaatan
bersama (secara lebih luas) tenaga atau kejadian yang langka.
· Penyajian informasi
menembus batas geografis.[14]
IV.
ANALISIS
Teknologi pendidikan merupakan suatu cara mengajar dengan menggunakan skill
atau keahlian yang dimiliki oleh seorang guru agar dalam proses pembelajaran
bisa diterima oleh para peserta didiknya sehingga bisa mencapai pada tujuan
pendidikan itu sendiri. Jadi sebenarnya teknologi pendidikan itu tidak seperti
halnya yang kita ketahui tentang teknologi pada umumnya yang ada kaitannya
dengan masalah-masalah permesinan atau yang lainnya, tetapi dalam masalah
teknologi pendidikan itu bisa dikaitkan dengan sebuah cara atau strategi yang
dimiliki seorang guru dalam proses pembelajaran baik itu menggunakan media yang
ada dalam kelas atau ataupun cara lain agar dalam pembelajaran menjadi mudah
diserap oleh para peserta didiknya.
Dizaman
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat pendidikan tidak mungkin lagi
dikelola hanya dengan melalui pola tradisional, disamping cara ini tidak sesuai
lagi dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Revolusi ilmu pengetahuan dan
teknologi, perubahan masyarakat, pemahaman cara belajar anak, kemajuan media
komunikasi dan lain sebagainya memberi arti tersendiri bagi kegiatan pendidikan
dan tuntutan ini yang membuat kebijaksanaan untuk memanfaatkan teknologi dalam
pengelolaan pendidikan.
Teknologi
pendidikan merupakan konsep yang kompleks, ia dapat dikaji dari berbagai segi
dan kepentingan. Kecuali ini teknologi pendidikan sebagai suatu bidang kajian
ilmiah, senantiasa berkembang sesuai dengan perkembangannya, teknologi
pendidikan selalu dikaitkan dengan adanya peralatan terutama yang berupa (audio
visual). Peralatan input hanya berfungsi sebagai alat Bantu guru dalam
mengajar, focus teknologi pendidikan adalah memecahkan masalah belajar yang
bertujuan terarah dan terkendali.
V.
KESIMPULAN
Teknologi pendidikan
adalah proses yang kompleks dan terpadu pemecahan masalah yang menyangkut semau
aspek belajar manusia. Dalam teknologi pendidikan, pemecahan masalah itu
terjelma dalam bentuk semua sumber belajar yang didisain dan dipilih atau
digunakan untuk keperluan belajar, sumber-sumber belajar ini diidentifikasi
sebagai pesan,orang, bahan, peralatan, teknik, dan latar lingkungan. Gagasan
dasar atau falsafah teknologi pendidikan yaitu agar setiap pribadi dapat
berkembang secara maksimal dengan jalan memanfaatkan segala macam sumber
belajar yang ada maupun yang perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga
tercapai efisiensi serta keselarasan dengan perkembangan masyarakat dan
lingkungannnya. Asosiasi menyadari bahwa dewasa ini ada beberapa kerangka
konseptual yang dikemukakan oleh orang yang dalam banyak hal juga bergerak
dibidang teknologi pendidikan. Konsep-konsep ini antara lain meliputi
pengajaran audio visual, media pendidikan, sumber belajar, dan komunikasi
pendidikan.
VI.
PENUTUP
Demikianlah
pemaparan makalah dari penyusun, semoga bisa bermanfaat
bagi kita semua. Penyusun mengakui bahwa makalah ini masih banyak kesalahan, oleh karena
itu penyusun meminta ma’af yang sedalam-dalamnya. Selanjutnya kritik dan saran dari para saudara tercinta sangat dibutuhkan
demi perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar, 2010.
Media
Pembelajaran, Jakarta: Rajawali.
Danim, Sudarwan, 1994.
Media
Komunikasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
Miarso, Yusufhadi, dkk., 1986.
Definisi
Teknologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali.
Nasution, 1999.
Teknologi
Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
Sadiman, Arif,
1986. Media Pendidikan, Jakarta:
Rajawali.
Syukur, Fatah,
2005. Teknologi Pendidikan, Semarang: Rasail
Terima Kasih ... telah membantu saya.
BalasHapus